Jakarta, 22 Oktober 2025
Yen Jepang melemah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa, setelah aksi jual besar-besaran di pasar emas memicu lonjakan volatilitas lintas aset. Harga emas anjlok lebih dari 5% ke kisaran US$4.000 per ons, menandai penurunan harian terdalam sejak 2013. Koreksi tajam ini terjadi setelah reli spektakuler dalam beberapa pekan terakhir, yang mendorong banyak investor untuk merealisasikan keuntungan.
Kejatuhan mendadak tersebut mengguncang pasar global, memicu arus keluar dana dari logam mulia ke aset-aset yang dianggap lebih stabil — termasuk yen, yang selama ini dikenal sebagai mata uang safe haven di tengah ketidakpastian.
Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) melemah tipis ke kisaran 98,88, mengakhiri reli tiga hari beruntun. Investor mulai menyesuaikan posisi menjelang keputusan kebijakan moneter Federal Reserve pekan depan. Berdasarkan survei Reuters, mayoritas ekonom memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan 29 Oktober mendatang, di tengah tanda-tanda perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tekanan inflasi yang mulai mereda.
Volatilitas di pasar logam mulia juga menular ke pasar saham global. Indeks saham Asia bergerak fluktuatif, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS menurun tipis karena meningkatnya permintaan terhadap aset aman.
“Penurunan emas yang tiba-tiba menjadi pengingat bahwa reli parabolik jarang berakhir dengan lembut,” ujar seorang analis pasar di Tokyo. “Investor kini mulai meninjau kembali posisi mereka terhadap aset berisiko, dan yen kemungkinan akan kembali menjadi pilihan defensif utama.”
Dengan prospek suku bunga AS yang lebih rendah serta ketidakpastian fiskal di Jepang, pasar keuangan global tampak memasuki fase penyesuaian baru. Yen diperkirakan akan tetap bergerak volatile, sementara pergerakan ekstrem di pasar emas bisa menjadi katalis berikutnya bagi arus modal global.
Ade Yunus
Global Market Strategies