Oleh: Ade Yunus | Riset & Analis Pasar
Ekonomi Amerika Serikat tengah menunjukkan sinyal yang beragam—antara ketahanan pertumbuhan dan potensi perlambatan. Dalam laporan terbaru, beberapa indikator utama seperti produk domestik bruto (PDB) kuartal I dan pendapatan personal menunjukkan kekuatan ekonomi, namun data seperti pesanan barang tahan lama (Durable Goods Orders) mengisyaratkan kemungkinan pelemahan di sektor industri.
Penurunan Pesanan Barang Tahan Lama
Data menunjukkan penurunan tajam pada pesanan barang tahan lama di bulan Mei, yakni -6,3%, setelah sempat tumbuh kuat 8,5% di bulan April. Angka ini jauh di bawah ekspektasi konsensus sebesar -5,2%, dan berpotensi menjadi indikator awal pelemahan investasi dan kepercayaan bisnis di sektor manufaktur AS.
PDB dan Pendapatan Tetap Kuat
Sebaliknya, pertumbuhan PDB kuartal I tercatat stabil di 2,4%, jauh melampaui perkiraan -0,2%. Ini menunjukkan bahwa ekonomi AS masih tangguh, terutama di tengah tekanan global. Selain itu, pendapatan pribadi naik signifikan ke 0,8% di bulan Mei (vs. proyeksi 0,4%), menandakan pasar tenaga kerja yang sehat dan konsumsi rumah tangga yang kuat. Meski begitu, pengeluaran pribadi hanya naik 0,2%—mengisyaratkan konsumen mulai bersikap lebih hati-hati.
Inflasi dan Potensi Pemangkasan Suku Bunga
Indeks harga PCE inti—indikator inflasi pilihan The Fed—tetap stabil di 0,1%, sesuai ekspektasi. Stabilitas ini membuka ruang bagi Federal Reserve untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga jika tren ini berlanjut.
Risiko Eksternal: Harga Minyak dan Selat Hormuz
Sementara indikator dalam negeri menunjukkan kombinasi kekuatan dan kehati-hatian, tekanan dari luar negeri juga patut diwaspadai. Ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah, khususnya di sekitar Selat Hormuz, kembali mencuat. Hal ini mendorong harga minyak mendekati (dan berpotensi menembus) level psikologis $80 per barel.
“Kecenderungan harga OIL menguat di atas $80 berpotensi memicu kenaikan harga kebutuhan global. Situasi ini turut dipengaruhi oleh risiko geopolitik di Selat Hormuz—jalur vital distribusi energi dunia.”
— Andrew Fischer
Jika harga minyak melonjak lebih jauh, dampaknya bisa menekan daya beli global dan kembali memanaskan inflasi di berbagai negara, termasuk AS.
Implikasi Pasar
- US Dollar: berpotensi melemah jika pelaku pasar fokus pada penurunan pesanan industri dan inflasi yang terjaga.
- Saham AS: cenderung positif, karena prospek pemangkasan suku bunga menjadi lebih kuat.
- Obligasi: imbal hasil (yield) diprediksi turun, seiring ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter.
Kesimpulan dan Saran untuk Investor
Kondisi ekonomi AS saat ini adalah cerminan ketahanan jangka pendek dengan sinyal peringatan jangka menengah. Investor global, khususnya dari Indonesia, disarankan untuk:
- Memantau data industri dan sentimen konsumen secara berkala.
- Menyesuaikan portofolio dengan kombinasi aset defensif dan pertumbuhan.
- Mengantisipasi perubahan harga energi yang dapat berdampak luas pada sektor konsumsi dan transportasi.
Di tengah lanskap yang dinamis ini, kehati-hatian disertai fleksibilitas strategi adalah kunci menghadapi semester kedua 2025.