DETAIL

Rangkuman Pasar Mingguan

Terlepas dari ketidakpastian perdagangan dan geopolitik, data fundamental tetap menunjukkan kekuatan

Poin-Poin Utama:

  • Data ekonomi menunjukkan ketahanan sepanjang awal tahun ini, meskipun terdapat ketidakpastian yang berkelanjutan terkait tarif, perdagangan global, dan ketegangan geopolitik. Tiga indikator utama yang kami tinjau—pertumbuhan PDB, pasar tenaga kerja, dan inflasi—masing-masing menunjukkan hasil yang solid sejauh ini.
  • Memasuki paruh kedua tahun ini, terdapat beberapa katalis penting yang perlu diawasi: negosiasi perdagangan antara AS dan Tiongkok (serta mitra dagang lain), potensi RUU pajak di Amerika Serikat, serta ketegangan geopolitik yang terus berlangsung—yang secara historis memiliki dampak jangka pendek terhadap pasar keuangan.
  • Secara keseluruhan, kami percaya bahwa gelombang volatilitas pasar dapat dimanfaatkan sebagai peluang untuk menambah kepemilikan aset berkualitas pada harga yang lebih menarik. Kami terus mendukung pendekatan diversifikasi dan perluasan kepemimpinan sebagai tema investasi utama.

Pertumbuhan Ekonomi yang Stabil

Meskipun Produk Domestik Bruto (PDB) AS melambat pada kuartal pertama akibat lonjakan persediaan, ekonomi diperkirakan tumbuh di atas 3% pada kuartal kedua, ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tetap kuat (diproyeksikan tumbuh sekitar 1,7% per tahun). Walaupun beberapa survei sentimen konsumen menunjukkan penurunan (namun kini mulai stabil), konsumsi aktual tetap tangguh, kemungkinan besar karena inflasi yang terkendali dan pasar tenaga kerja yang solid.


Pasar Tenaga Kerja yang Tangguh

Pasar tenaga kerja AS tetap tangguh meskipun terdapat kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi. Pertumbuhan lapangan kerja memang mulai melambat, namun tingkat pengangguran tetap rendah di kisaran 4,2%—jauh di bawah rata-rata jangka panjang sekitar 5,5%. Ciri utama pasar saat ini adalah rendahnya perekrutan dan pemutusan hubungan kerja, karena perusahaan berupaya mempertahankan talenta terbaik. Kenaikan upah sekitar 3,9% yang melebihi laju inflasi berarti konsumen memiliki pendapatan riil yang meningkat, sehingga meningkatkan daya beli.


Inflasi yang Terkendali

Inflasi tetap terkendali sepanjang paruh pertama tahun 2025. Data terbaru Mei untuk Indeks Harga Konsumen (CPI) dan Indeks Harga Produsen (PPI) mencatat kejutan positif dengan penurunan. CPI utama tercatat sekitar 2,4% dan PPI sekitar 2,6%. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan puncak inflasi tahun 2022, yang sempat mencapai 9% (CPI) dan 18% (PPI), dan kini makin mendekati target inflasi 2,0% dari The Fed.

Penulis menyampaikan bahwa tarif belum terlalu berdampak pada harga barang—mungkin karena perusahaan telah membangun stok dalam periode 90 hari jeda negosiasi. Ini seharusnya membantu menahan tekanan harga hingga akhir 2025. Namun, tergantung pada hasil akhir kesepakatan dagang, harga barang bisa saja naik di bulan-bulan mendatang. Selain itu, ketegangan geopolitik seperti di Timur Tengah menyebabkan lonjakan harga minyak sebesar 5–7%—meskipun biasanya hanya berdampak jangka pendek. AS juga lebih terlindungi dari guncangan minyak karena kini merupakan eksportir bersih produk energi.


Rebound Pasar Saham

Kekuatan data ekonomi dan meredanya inflasi tercermin dalam penguatan harga saham baru-baru ini. Setelah sempat turun hampir 20% dari puncaknya pada pertengahan Februari, indeks S&P 500 telah pulih dan naik lebih dari 20%, mencerminkan kepercayaan terhadap data ekonomi, pendapatan perusahaan, dan pelonggaran beberapa kebijakan tarif AS. Meski begitu, volatilitas masih akan mewarnai pasar dalam beberapa pekan ke depan.


Katalis Penting untuk Paruh Kedua 2025

Negosiasi Tarif dan Perdagangan:

  • AS–Tiongkok: Struktur perdagangan baru telah terbentuk, dengan tarif ekspor Tiongkok turun dari 145% menjadi 55% (termasuk tarif timbal balik 10%, berbasis fentanil 20%, dan tarif dasar 25%). Tarif ekspor AS ke Tiongkok tetap di 10%. Kesepakatan juga mencakup hambatan non-tarif, seperti ekspor mineral rare earth Tiongkok. Hubungan perdagangan ini akan tetap krusial untuk diperhatikan.
  • Mitra Dagang Lain: Batas waktu 9 Juli untuk jeda 90 hari dengan mitra non-Tiongkok semakin dekat. Menteri Keuangan Bessent menyatakan jeda ini bisa diperpanjang jika ada “itikad baik” dalam negosiasi. Meski ketidakpastian masih ada, skenario tarif terburuk kemungkinan bisa dihindari. Tarif AS diprediksi naik dari 2% menjadi sekitar 10% atau lebih—terutama pada barang dari Tiongkok dan sektor tertentu. Meski ini dapat membebani inflasi dan konsumsi, ekonomi AS yang didominasi sektor jasa (70% PDB) memberikan penyangga. Perusahaan juga bisa menyerap sebagian kenaikan tarif atau mengalihkan rantai pasok.

Ketegangan Geopolitik

Ketegangan di Timur Tengah kembali memanas usai serangan udara Israel ke Iran. Meskipun AS tidak terlibat langsung, situasi ini memicu aksi risk-off global, lonjakan harga minyak, dan penguatan aset safe haven seperti dolar AS. Secara historis, efek ketegangan geopolitik terhadap pasar keuangan cenderung bersifat sementara. AS juga cenderung lebih terlindungi dibanding negara lain karena ekonomi domestiknya tidak terlalu tergantung pada energi global.


RUU Pajak & Potensi Pemotongan Suku Bunga The Fed

RUU pajak AS yang diharapkan rampung sebelum 4 Juli tengah diawasi pasar. Meski beberapa komponen bersifat stimulus, sebagian besar fokus pada perpanjangan undang-undang pajak yang sudah ada. Deregulasi sektor tertentu dan insentif belanja modal bisa membantu meningkatkan pengeluaran perusahaan, terutama pada 2026.

The Fed diperkirakan akan mulai memangkas suku bunga pada paruh kedua tahun ini. Saat ini, The Fed masih dalam mode “wait and see” sambil menilai dampak kebijakan tarif terhadap ekonomi. Dengan suku bunga Fed saat ini di kisaran 4,25%–4,5% dan inflasi di kisaran 2,5%–3,5%, The Fed memiliki ruang untuk pelonggaran. Dua kali pemotongan suku bunga masih dimungkinkan tahun ini jika data ekonomi melemah.


Strategi Penempatan Portofolio untuk H2 2025

Meski paruh pertama 2025 menunjukkan ketahanan ekonomi, volatilitas tetap mungkin terjadi seiring munculnya ketidakpastian terkait tarif, pajak, dan geopolitik. Namun, paruh kedua 2025 hingga 2026 bisa menjadi masa yang lebih pasti bagi investor: pemangkasan suku bunga Fed, kejelasan soal tarif, pajak, dan deregulasi, serta pertumbuhan laba perusahaan yang mulai meningkat.

Dalam kondisi seperti ini, fase volatilitas bisa menjadi peluang untuk membeli aset berkualitas dengan valuasi menarik. Tema utama investasi tetap pada diversifikasi dan perluasan kepemimpinan, dengan fokus overweight pada saham AS berkapitalisasi besar dan menengah, serta sektor keuangan dan kesehatan. Untuk obligasi investment-grade, tenor 7–10 tahun masih menawarkan imbal hasil menarik sekitar 4,4%. Untuk tujuan jangka panjang, investor disarankan berkonsultasi dengan penasihat keuangan dan menggunakan strategi seperti dollar cost averaging untuk mencapai target finansial yang berkelanjutan.

Pegang kendali melalui
Smart Analysis Portal

Smart Analysis Portal kami menawarkan sistem yang mudah digunakan dengan berbagai fitur dan alat yang membantu pelanggan dengan berbagai gaya trading.