Bank of England baru-baru ini mengeluarkan peringatan keras mengenai potensi krisis yang bisa melanda sektor pensiun di Inggris, menyusul meningkatnya biaya pinjaman pemerintah. Dalam pernyataannya, bank sentral menyoroti bahwa dana pensiun yang sangat bergantung pada obligasi pemerintah Inggris (gilts) berada dalam posisi rentan, terutama jika imbal hasil terus naik.
Apa yang Terjadi Saat Biaya Pinjaman Naik?
Ketika biaya pinjaman naik, imbal hasil obligasi juga meningkat. Karena hubungan terbalik antara imbal hasil dan harga obligasi, maka harga gilts yang ada akan turun. Ini menyebabkan penurunan nilai pasar dari portofolio dana pensiun.
Banyak dana pensiun menggunakan strategi Liability-Driven Investment (LDI) yang memanfaatkan leverage. Penurunan harga gilts bisa memicu margin call, memaksa penjualan aset secara darurat atau permintaan tambahan likuiditas. Situasi ini mengingatkan pada krisis gilts yang terjadi pada 2022.
Dampak Sistemik
Pelemahan nilai obligasi bisa membuat dana pensiun gagal memenuhi kewajiban jangka panjangnya, menciptakan kekurangan aset yang serius. Jika dana-dana ini terpaksa menjual gilts dalam jumlah besar, pasar obligasi dapat terguncang, mengikis kepercayaan investor, dan menyebabkan volatilitas pasar secara luas.
Salah satu dampak lanjutan yang dikhawatirkan adalah tekanan terhadap mata uang Pound Sterling. Ketidakstabilan pasar dapat menyebabkan pelemahan pound, membuat impor lebih mahal dan menambah tekanan inflasi.
Jika ketegangan terus meningkat, intervensi darurat dari Bank of England mungkin diperlukan — seperti yang terjadi saat krisis mini-budget tahun 2022.
💬 Pendapat dari Pak Ade Yunus:
“Secara keseluruhan, Poundsterling masih menunjukkan tren pertumbuhan yang positif. Namun, perlu dicermati bahwa apabila tarif baru diberlakukan di AS, pasar cenderung akan bersikap lebih hati-hati dan waspada.”
source: https://www.youtube.com/watch?v=dYt6Glsyxqc