Dengan semakin dekatnya pemilu AS 2025, Donald Trump kembali naik panggung politik dengan kampanye ekonomi agresif. Ia menjanjikan pemotongan pajak, kebijakan proteksionis, serta tekanan terhadap Federal Reserve (The Fed) untuk segera menurunkan suku bunga. Namun, di sisi lain, The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell tetap teguh pada mandatnya menjaga stabilitas harga dan target inflasi 2%.
Ketegangan ini memuncak dengan desakan dari sejumlah tokoh Partai Republik, termasuk Senator Cynthia Lummis, yang secara terbuka meminta Powell mengundurkan diri. Kritik utamanya terkait kebijakan suku bunga tinggi dan pendekatan The Fed terhadap aset kripto.
Dampak terhadap Pasar Keuangan
- Pasar Saham
Ketidakpastian arah kebijakan fiskal dan potensi reshuffle The Fed memicu volatilitas pasar. Sektor yang paling sensitif seperti finansial, properti, dan energi berisiko tertekan. - Dolar AS (USD)
Bias Trump yang cenderung ingin melemahkan dolar demi mendukung ekspor, bisa menurunkan minat investor terhadap USD. Namun, jika The Fed tetap hawkish, kekuatan dolar bisa tetap terjaga. - Obligasi & Yield
Ketegangan memicu permintaan pada US Treasury jangka pendek, tetapi jika pasar melihat potensi peningkatan defisit fiskal di bawah Trump, yield jangka panjang bisa melonjak.
Strategi Trading Saat Ketidakpastian Politik
- Pantau Data dan Sentimen
Fokus pada rilis data inflasi, PCE, dan pernyataan pejabat The Fed. Ikuti juga berita utama seputar kebijakan fiskal dan tekanan politik. - Gunakan Timeframe Pendek & Lindungi Portofolio
Strategi jangka pendek seperti breakout atau range trading cocok saat volatilitas tinggi. Gunakan instrumen hedging seperti VIX, emas (XAU/USD), dan yen Jepang (USD/JPY). - Pair dan Sektor Favorit
Pasangan mata uang seperti EUR/USD, USD/JPY, dan GBP/USD sangat sensitif terhadap ketegangan politik AS. Untuk saham, sektor defensif seperti consumer staples dan utilities bisa menjadi pilihan jangka pendek.
sumber: https://www.youtube.com/watch?v=NbBAyVNMyhw