Harga emas melonjak tajam pada hari Jumat, mencapai level tertinggi dalam hampir dua bulan seiring meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Kenaikan ini dipicu oleh serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran, yang memicu kekhawatiran global atas potensi eskalasi konflik lebih lanjut.
Dalam sesi perdagangan terakhir, harga emas spot naik 1,3% menjadi $3.427,36 per ons, sementara emas berjangka AS naik 1,4% menjadi $3.448,70 per ons. Sepanjang pekan ini, emas telah menguat lebih dari 3,5%, mencerminkan lonjakan permintaan terhadap aset-aset safe haven.
Situasi semakin memanas setelah Israel menyatakan keadaan darurat nasional, menyusul ancaman serangan balasan berupa rudal dan drone dari Teheran. Di saat yang sama, militer Amerika Serikat dikabarkan tengah mempersiapkan sejumlah skenario darurat, termasuk evakuasi warga sipil AS dari kawasan Timur Tengah.
Menurut Tim Waterer, Analis Pasar Utama di KCM Trade, ketegangan geopolitik terbaru ini telah menggeser fokus pasar dari isu-isu perdagangan global ke perlindungan nilai aset, sehingga mendorong arus masuk besar-besaran ke instrumen investasi yang dianggap aman seperti emas.
Secara keseluruhan, peristiwa ini menegaskan kembali peran emas sebagai aset pelindung nilai di tengah gejolak geopolitik, sekaligus menunjukkan bagaimana ketidakpastian global langsung tercermin dalam pergerakan pasar keuangan.
Ringkasan Pergerakan Pasar
Emas
- Kenaikan didorong oleh sentimen safe haven
Setelah serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran (13 Juni 2025), harga emas naik antara 1–1,6% dalam sehari, mendekati kisaran $3.427–$3.450 per ons — level tertinggi dalam beberapa pekan terakhir.
Beberapa analis bahkan memperkirakan potensi kenaikan menuju $3.500 jika ketegangan terus meningkat.
Saham (Equity)
- Futures AS dan saham Asia melemah tajam
- S&P E-mini turun sekitar 1–1,5%, Nasdaq turun sekitar 1,7%, sementara Nikkei Jepang dan KOSPI Korea Selatan masing-masing turun antara 1–1,4%.
- Indeks ASX 200 di Australia turun 0,3%, tertahan oleh sektor perbankan meskipun sektor energi dan pertahanan menunjukkan kinerja yang relatif kuat.
- Pergeseran ke sektor-sektor defensif
Investor beralih ke sektor utilitas, energi, dan pertahanan, sementara sektor perbankan dan material mengalami tekanan karena kekhawatiran atas eskalasi konflik.
Valuta Asing (FX) & Obligasi
- Mata uang safe haven menguat
- Yen Jepang dan franc Swiss menguat 0,3–0,5% terhadap dolar AS.
- Dolar AS juga menguat sebagai safe haven global. Sementara itu, mata uang berisiko seperti dolar Australia melemah, dengan AUD/USD turun lebih dari 1%.
- Permintaan terhadap obligasi AS meningkat, yield menurun
- Permintaan terhadap Treasury AS melonjak sebagai aset aman, menekan imbal hasil. Dolar dan yen mendapat momentum tambahan dari kondisi ini.
Minyak Mentah
- Harga minyak melonjak tajam
Harga minyak Brent dan WTI naik antara 6–10% hanya dalam beberapa hari, mencapai kisaran $70–$73 per barel, didorong oleh kekhawatiran gangguan pasokan—terutama melalui Selat Hormuz yang sangat strategis.
Dampak dan Prospek
- Sentimen pasar bergeser ke mode risk-off, dengan investor mencari perlindungan pada aset-aset aman seperti emas, obligasi pemerintah AS, franc Swiss, dan yen.
- Volatilitas tetap tinggi, karena pasar mengantisipasi kemungkinan serangan balasan dari Iran. Banyak trader memperkirakan terjadinya gap harga saat pasar dibuka kembali pada hari Senin.
- Jika ketegangan segera mereda, pasar saham dan minyak mentah berpotensi rebound. Namun jika eskalasi berlanjut, tekanan terhadap pasar keuangan dan komoditas kemungkinan besar akan terus berlangsung.
Kesimpulan:
- Harga emas naik 1–1,6%+ sebagai aset safe haven.
- Saham global melemah 1–2%.
- Yen dan franc menguat; dolar Australia melemah terhadap dolar AS.
- Minyak melonjak 6–10% karena kekhawatiran pasokan.