Dewan Federal Reserve kembali terpecah menjelang pertemuan kebijakan di akhir bulan ini. Dua suara penting dalam jajaran gubernur — Stephen Miran dan Christopher Waller — sama-sama sepakat bahwa pelonggaran moneter lanjutan memang diperlukan, namun berbeda pandangan mengenai seberapa besar langkah yang harus diambil.
Dalam wawancaranya dengan CNBC, Miran mendorong pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps), yang menurutnya perlu dilakukan untuk menyesuaikan kebijakan dengan kondisi ekonomi yang mulai melambat.
“Kebijakan saat ini sudah terlalu ketat,” ujar Miran, seraya menambahkan bahwa tingkat suku bunga netral kemungkinan telah menurun akibat perubahan struktural seperti meningkatnya arus imigrasi dan pengetatan regulasi.
Sebaliknya, Christopher Waller menilai bahwa The Fed sebaiknya mengambil pendekatan yang lebih berhati-hati. Ia mendukung pemangkasan sebesar 25 bps, sambil menekankan pentingnya memastikan inflasi tetap terkendali sebelum mengambil langkah yang lebih besar.
“Kita tidak perlu bereaksi berlebihan,” kata Waller, menegaskan bahwa langkah yang terlalu agresif dapat merusak kredibilitas The Fed jika inflasi kembali meningkat.
Risiko Ekonomi Global dan Ketidakpastian Data
Miran memperingatkan meningkatnya risiko perlambatan ekonomi global, terutama akibat ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Pembatasan ekspor mineral penting oleh Beijing, katanya, telah menambah tekanan pada rantai pasok dan dapat melemahkan prospek pertumbuhan ekonomi AS. Kondisi ini, menurutnya, justru memperkuat alasan bagi The Fed untuk bertindak lebih cepat dan lebih dalam.
Namun, sejumlah analis menilai bahwa pemangkasan sebesar 50 bps sulit terwujud dalam situasi saat ini. Keterlambatan publikasi sejumlah data ekonomi — akibat sebagian kegiatan pemerintahan yang terhenti — membuat pembuat kebijakan kekurangan informasi penting untuk menilai arah ekonomi secara akurat. Dalam kondisi seperti ini, pelonggaran moderat sebesar 25 bps dianggap langkah paling aman sambil menunggu data yang lebih lengkap.
Pasar Menyambut Nada Dovish
Perdebatan di internal The Fed menjadi sorotan utama di Wall Street. Ekspektasi bahwa bank sentral akan melanjutkan siklus pemangkasan suku bunga telah mendorong imbal hasil obligasi jangka pendek menurun, sementara saham-saham berkapitalisasi besar mencatatkan reli moderat. Indeks Dolar AS (DXY) juga sempat melemah di tengah spekulasi bahwa kebijakan moneter akan semakin longgar ke depan.
Menurut data fed funds futures, investor kini memperkirakan peluang lebih dari 70% bagi pemangkasan 25 bps pada pertemuan FOMC akhir Oktober. Namun sebagian pelaku pasar mulai menyiapkan skenario alternatif: jika data tenaga kerja dan inflasi berikutnya menunjukkan pelemahan signifikan, peluang pemangkasan 50 bps masih terbuka.
Menjaga Kredibilitas di Tengah Tekanan
Perbedaan pandangan antara Miran dan Waller menggambarkan tantangan terbesar The Fed saat ini — menyeimbangkan antara stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi. Langkah yang terlalu agresif bisa memicu kembali inflasi, sementara langkah yang terlalu hati-hati dapat memperlambat aktivitas ekonomi dan meningkatkan risiko resesi ringan.
Dengan inflasi yang masih sedikit di atas target 2% dan pasar tenaga kerja mulai menunjukkan tanda pelunakan, The Fed berada di posisi yang sangat rapuh. Keputusan pada akhir bulan ini akan menjadi sinyal penting: apakah Jerome Powell dan timnya akan memilih strategi “perlahan tapi pasti”, atau justru mengambil langkah cepat untuk mencegah perlambatan yang lebih dalam.
Perbedaan arah dalam tubuh The Fed menandai fase baru dalam kebijakan moneter AS. Setelah lebih dari setahun mempertahankan suku bunga tinggi, kini fokus bergeser pada kecepatan pelonggaran — langkah penting yang akan menentukan arah dolar AS, imbal hasil obligasi, serta selera risiko global dalam beberapa bulan mendatang.
Ade Yunus, ST, WPA
Global Market Strategist