Memasuki bulan Juli 2025, pasar keuangan global berada di titik kritis. Di satu sisi, investor menikmati reli dua bulan yang mendorong indeks utama seperti Nasdaq, S&P 500, dan Dow Jones ke rekor tertinggi baru. Di sisi lain, kekhawatiran atas tenggat waktu 9 Juli terkait tarif impor AS mulai membayangi sentimen pasar.
Kebijakan yang dijuluki “Liberation Day Tariffs” ini sebelumnya ditangguhkan selama 90 hari sejak April sebagai bagian dari upaya merundingkan kembali perjanjian dagang dengan 12 mitra utama, termasuk Tiongkok, Vietnam, dan beberapa negara Eropa. Jika tidak ada kesepakatan yang tercapai, AS dapat mulai kembali menerapkan tarif sebesar 10–70% atas berbagai barang—mulai dari logam, kendaraan listrik, hingga semikonduktor—mulai 1 Agustus.
Pasar Saham: Euforia Musiman vs Ketidakpastian Kebijakan
Secara historis, bulan Juli merupakan periode yang kuat bagi saham AS. Sebagai contoh, dalam satu dekade terakhir, S&P 500 rata-rata mencatat kenaikan lebih dari 2% pada bulan Juli. Optimisme ini ditopang oleh data ekonomi yang solid dan harapan bahwa negosiasi dagang akan membuahkan hasil.
Namun, jika tenggat 9 Juli berlalu tanpa perpanjangan atau kesepakatan, risiko koreksi pasar menjadi nyata. Nasdaq, yang banyak berisi saham teknologi dan sangat sensitif terhadap biaya impor dan rantai pasok global, menjadi indeks paling rentan terhadap sentimen negatif. Dow Jones yang berisi perusahaan industri besar juga berpotensi terpukul karena ketergantungannya terhadap bahan baku impor.
Sementara itu, S&P 500 yang lebih terdiversifikasi mungkin menghadapi tekanan yang lebih moderat tetapi tetap signifikan, seiring dengan rotasi investor ke posisi defensif.
Pasar Valuta Asing (FX): Dolar AS dan Ketidakpastian Global
Di pasar valuta asing, dolar AS cenderung menguat menjelang keputusan kebijakan besar karena statusnya sebagai mata uang safe haven. Namun, jika tarif benar-benar diterapkan, volatilitas bisa meningkat tajam—terutama terhadap mata uang mitra dagang utama seperti yuan Tiongkok, euro, dan yen Jepang.
Beberapa analis menyebut bahwa dolar yang terlalu kuat bisa menjadi “pedang bermata dua.” Di satu sisi, itu mencerminkan minat investor terhadap aset AS. Di sisi lain, dolar yang terlalu kuat dapat memperburuk defisit perdagangan dan menekan laba perusahaan multinasional.
Emas: Safe Haven di Tengah Ketegangan
Berbeda dengan saham, emas justru menarik minat saat ketidakpastian meningkat. Harga emas (yang dilacak melalui ETF seperti GLD) baru-baru ini sempat menyentuh $309 sebelum terkoreksi tipis ke $307 awal Juli. Investor memperkirakan jika AS dan mitra dagangnya gagal mencapai kesepakatan, risiko inflasi akibat tarif impor bisa meningkatkan permintaan emas sebagai lindung nilai.
Namun, jika negosiasi berjalan mulus dan pasar saham tetap bullish, harga emas kemungkinan kehilangan momentum dalam jangka pendek.
Skenario yang Mungkin Terjadi
Skenario Positif:
Jika AS mengumumkan penundaan tarif atau tercapai “kesepakatan sementara”, pasar berpeluang menyambut positif. Nasdaq dapat memperpanjang relinya, Dow didukung oleh sektor manufaktur dan energi, pasar FX stabil, dan harga emas mungkin melemah.
Skenario Negatif:
Jika tarif benar-benar diterapkan secara sepihak tanpa kesepakatan, pasar kemungkinan bereaksi negatif. Nasdaq bisa terkoreksi dalam, saham industri di Dow akan tertekan, dolar menguat karena arus masuk safe haven, dan emas bisa melonjak menembus $310.
Implikasi Terhadap Instrumen Keuangan
| Instrumen | Potensi Bullish | Risiko Bearish |
|---|---|---|
| Nasdaq 100 | Terbantu jika tarif ditunda & sentimen AI positif | Rentan jika rantai pasok terganggu dan investor profit taking |
| S&P 500 | Musim Juli yang kuat secara historis | Terkoreksi jika inflasi naik atau ketegangan meningkat |
| Dow Jones | Industri & konsumer berpotensi rebound | Manufaktur bisa tertekan akibat biaya impor |
| FX (USD/mitra) | USD bisa menguat karena risk-off | Volatilitas tinggi jika mitra dagang membalas tarif |
| Emas (GLD) | Naik jika ketegangan meningkat & inflasi naik | Turun jika risiko mereda & saham reli |
Kesimpulan: Tetap Waspada, Jangan Panik
Batas waktu tarif impor AS pada bulan Juli bukan sekadar soal bea masuk—ini mencerminkan arah strategis kebijakan perdagangan AS di tengah tekanan politik dan ekonomi global. Bagi investor, ini bukan saatnya panik, melainkan momen untuk tetap disiplin, memantau data makroekonomi secara saksama, dan menyiapkan strategi yang fleksibel.
Apakah pasar akan mencatat “Juli Emas” atau justru menghadapi bulan yang menegangkan? Jawabannya mungkin mulai terlihat dalam beberapa hari ke depan.