Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) jatuh ke level terendah dalam beberapa bulan terakhir, tertekan oleh kombinasi langka antara kelebihan pasokan global dan melemahnya permintaan energi. Di tengah meningkatnya sikap hati-hati investor, pasar kini menyoroti level psikologis penting di kisaran $55 per barel — batas yang dapat menentukan arah harga minyak untuk sisa tahun ini.
Pasokan Berlimpah, Namun Permintaan Lesu
Tekanan jual semakin meningkat setelah laporan terbaru dari International Energy Agency (IEA) menunjukkan potensi surplus pasokan terbesar sejak tahun 2020, didorong oleh peningkatan produksi dari Amerika Serikat dan OPEC+. Sayangnya, kenaikan produksi ini terjadi pada waktu yang tidak tepat — karena permintaan global menunjukkan tanda-tanda stagnasi, terutama di Asia dan Eropa, dua wilayah utama konsumsi minyak dunia.
Sementara itu, harapan akan pemulihan permintaan energi pascapemangkasan suku bunga di AS belum juga terwujud. Permintaan bensin dan bahan bakar jet masih jauh di bawah proyeksi awal tahun, memperkuat pandangan bahwa dunia kini sedang bergerak menuju fase “permintaan lemah di tengah pasokan berlebih.”
Risiko Geopolitik Mereda, Premi Harga Menguap
Berbeda dari periode sebelumnya, ketegangan geopolitik yang biasanya menopang harga minyak kini kehilangan pengaruhnya. Konflik di Timur Tengah menunjukkan tanda-tanda mereda, sementara pasokan dari kawasan Teluk tetap stabil. Dengan tidak adanya ancaman serius terhadap rantai suplai global, “premi risiko” yang sempat mendorong harga minyak beberapa bulan lalu kini menghilang.
Akibatnya, investor yang sebelumnya mempertahankan posisi beli sebagai bentuk lindung nilai geopolitik kini beralih ke sikap yang lebih defensif. Beberapa manajer dana energi besar bahkan telah memangkas eksposur mereka terhadap kontrak jangka pendek WTI dan Brent, menandakan meningkatnya kehati-hatian di pasar.
Analisis Teknis: WTI Menguji Level Support Kunci
Secara teknikal, WTI kini bergerak mendekati zona support utama di $55–56 per barel, setelah gagal mempertahankan level pivot $60. Tekanan jual yang meningkat sejak akhir pekan lalu menunjukkan melemahnya momentum beli secara signifikan.
Jika level $55 ditembus, analis memperingatkan potensi penurunan lanjutan menuju $50 per barel, level yang terakhir kali terlihat pada pertengahan tahun 2023. Sebaliknya, jika harga mampu bertahan dan muncul tanda-tanda stabilisasi pasokan, rebound teknikal menuju kisaran $65–70 per barel masih sangat mungkin terjadi — terutama jika OPEC+ memutuskan untuk memangkas produksi tambahan dalam beberapa bulan mendatang.
Prospek 2025: Antara Stabilisasi dan Risiko Oversupply
Dalam jangka menengah, sejumlah lembaga keuangan besar seperti Goldman Sachs dan Bank of America memperkirakan harga minyak akan bergerak di kisaran $60–70 per barel sepanjang 2025, dengan asumsi pertumbuhan ekonomi global kembali pulih dan keseimbangan antara permintaan serta pasokan mulai terjaga.
Namun, skenario “bearish ekstrem” masih membayangi. Jika permintaan terus melemah sementara produsen enggan memangkas produksi, WTI berisiko turun di bawah $50, yang dapat menekan produsen minyak shale kecil di AS hingga mendekati batas profitabilitas.
Fokus Investor: Data, Kebijakan, dan Transisi Energi
Pelaku pasar kini menantikan laporan stok minyak mingguan AS dan pertemuan teknis OPEC+ bulan depan untuk mencari arah baru harga minyak. Sementara itu, kebijakan transisi energi — termasuk percepatan adopsi kendaraan listrik dan peningkatan efisiensi bahan bakar — menjadi faktor jangka panjang yang terus menekan proyeksi permintaan minyak global.
“Pasar minyak sedang mencari titik keseimbangan baru di dunia yang semakin bergerak menuju energi bersih,” ujar seorang analis energi di Singapura.
“WTI mungkin masih akan berfluktuasi tajam dalam jangka pendek, namun arah jangka menengah sangat bergantung pada seberapa besar dunia masih membutuhkan minyak seperti dulu.”

Outlook Teknis
Secara teknikal, tekanan terhadap WTI masih berlanjut dengan potensi penurunan jangka menengah di kisaran $33–34 per barel. Jika tekanan dan spekulasi meningkat tajam, kemungkinan muncul pola swing lower menuju area $20 juga terbuka.
Sebaliknya, peningkatan permintaan dapat mendorong harga kembali naik menuju area $78, yang sekaligus menjadi level kunci pembuka potensi kenaikan menuju $82–83.
Fase Rentan Sebelum Potensi Rebound
Dengan kombinasi antara tekanan fundamental dan pelemahan teknikal, WTI kini berada di fase rentan yang dapat menentukan arah pasar energi global hingga akhir tahun. Level $55 per barel menjadi area krusial — jika gagal dipertahankan, fase koreksi mendalam bisa terjadi. Namun, jika ada kejutan positif dari sisi pasokan atau permintaan, reli cepat menuju $65–70 masih memungkinkan.
Dalam dinamika pasar energi yang terus berubah cepat, minyak sekali lagi mengingatkan investor akan satu pelajaran klasik dari pasar komoditas:
Harga minyak tidak pernah jatuh perlahan — ia jatuh keras, lalu memantul dengan cepat.
Ade Yunus, ST, WPA
Global Market Strategist