Wall Street memulai pekan dengan reli tajam, didorong oleh tanda-tanda kemajuan politik di Washington yang meningkatkan peluang berakhirnya penutupan pemerintahan AS terpanjang dalam sejarah. Namun di balik euforia saham, investor global mulai mengalihkan fokus pada dua faktor penentu arah pasar berikutnya: prospek kebijakan moneter Federal Reserve dan arah dolar AS.
Indeks S&P 500 melonjak 1,5%, sedangkan Nasdaq Composite memimpin kenaikan dengan lonjakan 2,3%, dipacu oleh saham teknologi besar yang kembali menarik arus modal setelah beberapa minggu tekanan jual. Saham chipmaker seperti Nvidia dan AMD menjadi penggerak utama, sementara Dow Jones Industrial Average menguat lebih moderat di bawah 1%.
Optimisme pasar muncul setelah Senat AS meloloskan pemungutan suara prosedural penting untuk membuka jalan bagi rancangan undang-undang sementara yang akan mendanai pemerintah hingga Januari 2026. Langkah ini menumbuhkan harapan bahwa kebuntuan fiskal di Kongres segera berakhir, memungkinkan rilis kembali data ekonomi resmi yang selama berminggu-minggu tertunda.
“Investor merayakan hilangnya risiko politik besar — tetapi sekarang mereka beralih ke pertanyaan berikutnya: apa arti ini bagi inflasi, dolar, dan arah kebijakan The Fed?” ujar seorang analis makro di Wells Fargo.
Dolar dan Obligasi: Pergeseran ke Aset Risiko
Indeks Dolar AS (DXY) sempat melemah tipis sebelum berbalik naik 0,2% pada akhir sesi New York, karena permintaan safe haven menurun dan imbal hasil obligasi naik. Yield obligasi AS tenor 10 tahun menembus kembali ke 4,45%, mencerminkan ekspektasi bahwa aliran dana akan bergeser dari Treasury ke ekuitas berisiko.
Namun beberapa investor memperingatkan bahwa jika pembukaan kembali pemerintah memperlihatkan data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan — terutama laporan tenaga kerja dan inflasi — dolar bisa kehilangan momentumnya dengan cepat.
Emas dan Arah Risk Sentiment
Harga emas spot bergerak stabil di sekitar $4130 per ons, setelah sempat turun tipis di sesi Asia. Permintaan safe haven berkurang, namun prospek jangka menengah untuk emas tetap kuat jika data pasca-shutdown menunjukkan perlambatan ekonomi AS yang dapat memaksa Federal Reserve mempercepat pemangkasan suku bunga.
Kami melihat fluktuasi akan kembali pada pola berdasarkan data pertumbuhan ekonomi yang sempat di abaikan pasar selama shutdown berjalan.
Kabar kemajuan Senat AS segera menggema ke seluruh pasar dunia.
- Nikkei 225 di Jepang naik 1,3% di tengah pelemahan yen yang berlanjut setelah PM Sanae Takaichi mengisyaratkan kebijakan fiskal yang lebih longgar.
- Euro Stoxx 600 menguat 1,1%, sementara FTSE 100 di London bahkan menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa berkat kombinasi sentimen positif dan pelemahan sterling.
- Lonjakan lintas benua ini menandakan kembalinya minat risiko global setelah berminggu-minggu investor menahan diri akibat ketidakpastian fiskal dan kurangnya panduan data makro AS.
Dari Politik ke Data
Dengan krisis shutdown yang mendekati akhir, investor kini menatap dua arah baru:
- Data ekonomi tertunda — laporan inflasi, pengangguran, dan penjualan ritel akan menjadi peta baru arah suku bunga The Fed.
- Nada komunikasi bank sentral — setiap sinyal dovish dapat memperpanjang reli saham dan menekan dolar.
“Euforia pasar mungkin hanya sementara. Begitu angka-angka resmi kembali dirilis, fokus akan kembali ke kenyataan ekonomi,” ujar kepala strategi global di Morgan Stanley.
Pasar menyambut kabar politik dengan lega, tapi arah berikutnya akan ditentukan oleh data ekonomi yang kembali mengalir. Dengan dolar yang mulai kehilangan momentumnya dan emas bertahan di level tinggi, investor global tampaknya bersiap untuk fase baru di mana narasi “soft landing” Amerika Serikat kembali diuji oleh realitas makro pasca-shutdown.
Sementara Maxco Futures melihat tantangan rilisan data akan menjadi momen yang sangat di tunggu pasar Dimana selamam ini pasar bergerak dengan gambaran dan sentiment yang bias
Ade Yunus, ST WPA
Global Market Strategies