Dalam pertemuan 17–18 September 2025, Federal Reserve memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin, sehingga suku bunga federal funds berada di kisaran 4,00%–4,25%. Ini menjadi pemangkasan pertama sejak Desember 2024, menandai perubahan arah kebijakan moneter di tengah meningkatnya risiko perlambatan ekonomi AS.
Latar Belakang Keputusan
- Inflasi (PCE – Personal Consumption Expenditures) masih berada di sekitar 3%, di atas target 2%.
- Pasar tenaga kerja mulai melemah, dengan tingkat pengangguran diproyeksikan naik menuju 4,5% di akhir tahun.
- Aktivitas ekonomi melambat, mendorong The Fed memberikan stimulus moneter meskipun risiko inflasi masih ada.
Dinamika di dalam FOMC
Keputusan ini hampir bulat, dengan hanya satu suara berbeda:
- Stephen I. Miran mendukung pemangkasan lebih agresif sebesar 50 basis poin.
- Mayoritas memilih pemangkasan “normal” sebesar 25 basis poin, dengan alasan menjaga keseimbangan antara dukungan pertumbuhan dan pengendalian inflasi.
Proyeksi The Fed
Dalam ringkasan proyeksi ekonomi (SEP):
- Suku bunga: The Fed memberi sinyal kemungkinan dua kali pemangkasan tambahan sebelum akhir 2025 jika data mendukung.
- Inflasi: Diperkirakan tetap di sekitar 3% tahun ini, lalu perlahan turun ke target.
- Pengangguran: Diproyeksikan naik ke 4,5%, mencerminkan perlambatan pasar tenaga kerja.
Signifikansi & Dampak ke Pasar
Pemangkasan ini membawa dua sinyal:
- Dukungan pertumbuhan – biaya pinjaman yang lebih rendah bisa mendorong konsumsi, investasi, dan harga aset berisiko.
- Pengakuan adanya risiko – langkah The Fed menegaskan kekhawatiran atas melemahnya kondisi ekonomi, menjadi sinyal waspada bagi investor.
Pasar kini akan mencermati data berikut:
- Laporan tenaga kerja (NFP & tingkat pengangguran)
- Inflasi bulanan (CPI dan PCE)
- Data produksi dan konsumsi
Hasil data-data tersebut akan menentukan seberapa cepat The Fed melanjutkan siklus pemangkasan suku bunga hingga akhir tahun.
Keputusan malam ini menandai babak baru kebijakan moneter AS: beralih dari fokus tunggal pada inflasi menjadi keseimbangan antara stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi. Bagi pasar, pemangkasan suku bunga memberi ruang lega, namun tantangan fundamental—seperti inflasi yang masih di atas target dan melemahnya pasar tenaga kerja—tetap membayangi.
Dampak Menengah terhadap Forex
Dolar AS (USD): Berpotensi Melemah
- Penurunan suku bunga menekan imbal hasil obligasi AS → mengurangi daya tarik dolar.
- Ekspektasi dua kali pemangkasan lagi hingga akhir tahun memperkuat sentimen bearish.
- EUR/USD: Berpotensi menguat karena perbedaan kebijakan, mengingat ECB lebih berhati-hati menurunkan suku bunga.
- GBP/USD: Pound berpeluang menguat jika BoE tetap hawkish sementara USD melemah.
- USD/JPY: Bisa melemah (yen menguat) seiring menyempitnya selisih imbal hasil AS–Jepang; namun tetap sensitif terhadap intervensi BoJ dan arus safe haven.
Mata Uang Komoditas (AUD, NZD, CAD): Berpeluang menguat, terutama jika sentimen risk-on meningkat setelah pemangkasan.
Implikasi bagi Emas (XAU/USD)
Sentimen Bullish untuk Emas
- Pemangkasan suku bunga → USD melemah → emas (dihargai dalam USD) jadi lebih murah bagi pembeli global.
- Imbal hasil lebih rendah membuat emas lebih menarik sebagai aset tanpa imbal hasil.
Inflasi Masih di Atas Target
- Dengan inflasi ~3%, emas tetap diminati sebagai lindung nilai terhadap tekanan harga.
Risk-On vs. Safe Haven
- Jika saham reli karena biaya pinjaman lebih murah, kenaikan emas bisa tertahan.
- Namun jika pasar melihat pemangkasan ini sebagai tanda pelemahan ekonomi, permintaan emas sebagai safe haven bisa meningkat lebih jauh.
Ringkasan Outlook
- USD: Cenderung melemah dalam jangka pendek-menengah, membuka peluang penguatan mata uang utama.
- Emas: Bias bullish, berpotensi menguji resistance baru jika risiko resesi lebih dominan dibanding optimisme likuiditas.
Ade Yunus
Strategi Pasar Global