Maxco Futures — Indeks dolar AS (DXY) melemah tajam pada perdagangan Rabu, turun 0,50% hingga mencapai posisi terendah dalam lima minggu, setelah laporan ADP Employment menunjukkan pelemahan signifikan di pasar tenaga kerja. Data tersebut mencatat penurunan 32.000 pekerjaan pada November, kontraksi terbesar dalam lebih dari dua setengah tahun, dan memicu spekulasi kuat bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada pertemuan FOMC 9–10 Desember. Probabilitas pemangkasan 25 basis poin kini melonjak menjadi 95%, jauh lebih tinggi dibanding dua pekan lalu yang hanya 30%.
Kenaikan tak terduga pada ISM Services Index ke level 52,6, tertinggi dalam sembilan bulan, tidak mampu memberikan dukungan bagi dolar. Pelaku pasar tetap fokus pada sinyal pelemahan tenaga kerja yang dianggap lebih relevan untuk membaca arah kebijakan moneter jangka pendek.
Sentimen terhadap dolar juga ditekan oleh faktor politik. Presiden Donald Trump menyatakan bahwa pengumuman kandidat Ketua The Fed baru akan dilakukan pada awal 2026. Pasar memandang Kevin Hassett, Direktur NEC, sebagai kandidat terkuat pengganti Jerome Powell. Hassett yang dikenal sangat dovish dinilai berpotensi memperlemah dolar karena ekspektasi pelonggaran moneter yang lebih agresif sekaligus menimbulkan kekhawatiran baru terkait independensi The Fed.
Di sisi data ekonomi domestik AS, aplikasi hipotek MBA kembali turun 1,4%, sementara refinancing melemah 4,4%, meskipun suku bunga KPR 30 tahun turun ke 6,32%. Produksi manufaktur September tercatat stagnan sesuai ekspektasi.
Euro Menguat Ditopang Revisi Positif PMI
Euro menguat 0,40%, menyentuh level tertinggi enam minggu, seiring melemahnya dolar dan revisi naik pada PMI komposit Eurozone. Data November direvisi ke 52,8, level tertinggi dalam 2,5 tahun, mencerminkan pemulihan aktivitas ekonomi kawasan. Dengan ECB yang diperkirakan telah menyelesaikan siklus pelonggaran sementara The Fed masih berpotensi kembali menurunkan suku bunga, perbedaan arah kebijakan ini menjadi katalis tambahan bagi penguatan euro. Pasar kini hanya menilai peluang 1% pemangkasan suku bunga ECB pada pertemuan 18 Desember.
Yen Menguat Seiring Kenaikan Yield JGB
USD/JPY melemah 0,45%, dengan yen menguat mengikuti kenaikan imbal hasil obligasi Jepang. Yield JGB tenor 10 tahun naik ke 1,897%, tertinggi dalam 17 tahun, memperbaiki diferensial suku bunga dan meningkatkan daya tarik yen. Dorongan tambahan datang setelah yield Treasury AS melemah pasca laporan ADP. Pasar kini memperkirakan peluang 81% bahwa BOJ akan menaikkan suku bunga pada 19 Desember — sebuah langkah yang akan menjadi perubahan kebijakan paling agresif dalam lebih dari satu dekade.
Emas Menguat, Perak Mengalami Koreksi Profit-Taking
Harga emas berjangka Februari ditutup naik 0,28%, didukung pelemahan dolar dan ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter AS. Sentimen safe haven tetap kuat, ditambah ketidakpastian terkait kebijakan tarif AS dan dinamika geopolitik global.
Sementara itu, harga perak kontrak Maret turun 0,14% akibat aksi profit-taking pada sesi akhir, setelah sebelumnya sempat menyentuh rekor baru $58,90 per troy ounce. Meski terkoreksi, perak tetap mendapat dukungan fundamental dari kekhawatiran pasokan, dengan stok perak di Shanghai Futures Exchange turun ke 519 ton, level terendah dalam 10 tahun.
Permintaan bank sentral global juga menopang minat beli logam mulia. China kembali meningkatkan cadangan emasnya menjadi 74,09 juta ons, menandai pembelian bulanan ke-12 berturut-turut. Data World Gold Council menunjukkan bank sentral dunia membeli 220 metrik ton emas sepanjang kuartal ketiga, naik 28% dari kuartal sebelumnya. Meski ETF emas mencatat arus keluar sejak pertengahan Oktober, ETF perak justru pulih, dengan posisi long mencapai level tertinggi dalam 3,25 tahun.
Analisis Teknikal DXY

Secara teknikal, indeks dolar masih berpeluang melanjutkan penurunan menguji support lanjutan di:
- 98,60
- 98,00 (zona kritis penurunan daily)
Sementara resistance berada di 100,44.
Resistance intraday terlihat pada:
- 99,60
- 99,82
- 99,98
Tekanan terhadap dolar berpotensi berlanjut seiring fokus pasar tetap pada prospek pelonggaran The Fed dan melemahnya data tenaga kerja. Di saat yang sama, divergensi kebijakan global — dengan ECB menahan pelonggaran dan BOJ menuju normalisasi — menjadi motor volatilitas utama di pasar mata uang. Logam mulia masih menjadi beneficiary atas ketidakpastian kebijakan moneter dan geopolitik, meskipun volatilitas tetap tinggi setelah reli agresif bulan lalu.
Ade Yunus, ST WPA
Global Market Strategies