Harga minyak dunia kembali mengalami kenaikan tipis di awal pekan ini, menandai sedikit napas lega bagi pasar energi yang masih diselimuti ketidakpastian global. Minyak mentah WTI tercatat menguat ke sekitar US$61,90 per barel, naik sekitar 0,34%, setelah sebelumnya tertekan oleh kekhawatiran terhadap kelebihan pasokan (oversupply) dan perlambatan ekonomi global.
Kenaikan ini terjadi setelah keputusan OPEC+ untuk menaikkan produksi secara moderat, yakni sebesar 137.000 barel per hari untuk bulan November. Keputusan ini dinilai sebagai langkah kompromi — cukup untuk menenangkan negara produsen yang ingin meningkatkan ekspansi, namun tidak terlalu besar hingga mengganggu keseimbangan harga. Bagi pasar, kebijakan hati-hati ini menjadi sinyal bahwa OPEC+ masih berupaya menjaga stabilitas pasar tanpa mendorong kondisi menuju kelebihan pasokan.
Namun, di balik penguatan tipis tersebut, awan ketidakpastian belum sepenuhnya sirna. Para analis memperingatkan bahwa permintaan global yang melemah dapat kembali menekan harga minyak. Pertumbuhan ekonomi di beberapa kawasan besar seperti Tiongkok dan Eropa menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Sejumlah lembaga riset bahkan memperkirakan harga WTI bisa tergelincir di bawah US$60 per barel menjelang akhir tahun, terutama jika pasokan terus meningkat tanpa diimbangi konsumsi yang memadai.
Dari sisi fundamental, data produksi minyak Amerika Serikat juga menjadi perhatian utama. Peningkatan produksi minyak shale dalam beberapa bulan terakhir menimbulkan kekhawatiran pasar akan potensi kelebihan pasokan tambahan. Di sisi lain, penguatan dolar AS akibat ekspektasi suku bunga yang masih tinggi turut menekan harga minyak, karena membuat komoditas berbasis dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli internasional.
Sementara itu, dari sisi geopolitik, belum muncul faktor baru yang signifikan yang dapat mengganggu pasokan minyak global. Konflik di Timur Tengah masih menjadi risiko laten, tetapi dampaknya sejauh ini dinilai masih terbatas. Fokus investor kini bergeser ke arah kebijakan moneter global, terutama langkah The Federal Reserve menjelang akhir tahun. Jika The Fed memberi sinyal pelonggaran suku bunga, dolar AS berpotensi melemah dan harga minyak bisa kembali terdorong naik.
Bagi pelaku pasar, posisi WTI saat ini berada di zona waspada. Harga yang relatif stabil menunjukkan adanya keseimbangan sementara antara faktor fundamental negatif (kelebihan pasokan, perlambatan ekonomi) dan sentimen positif (kebijakan hati-hati OPEC+, stabilitas geopolitik).
Namun, keseimbangan ini sangat rapuh. Sedikit perubahan dalam ekspektasi permintaan global atau keputusan produksi OPEC+ berikutnya dapat dengan cepat mengubah arah pasar.
Secara teknikal, WTI masih berpotensi melemah mendekati level US$55 per barel, dengan rentang pergerakan harga diperkirakan berada di kisaran US$63 hingga US$57.

— Ade Yunus
Global Market Strategies