DETAIL

NEW YORK – Dolar AS Diprediksi Anjlok ke Level Terendah Sejak Pandemi Covid-19 pada Pertengahan 2026

Dolar Amerika Serikat diperkirakan akan turun ke level yang terakhir terlihat selama pandemi Covid-19 pada pertengahan tahun 2026, akibat pemotongan suku bunga dan melambatnya pertumbuhan ekonomi, menurut prediksi dari Morgan Stanley.

Indeks Dolar AS diperkirakan akan turun sekitar 9 persen menjadi 91 pada sekitar pertengahan 2026, demikian menurut catatan para ahli strategi Morgan Stanley, termasuk direktur pelaksana Matthew Hornbach, pada 31 Mei.

Penurunan ini akan memperparah tren penurunan terbaru dolar AS, seiring dengan meningkatnya gejolak perdagangan yang membebani mata uang tersebut.

“Kami meyakini bahwa pasar suku bunga dan mata uang telah memulai tren besar yang akan terus berlanjut – membawa dolar AS jauh lebih rendah dan kurva imbal hasil jauh lebih curam – setelah dua tahun bergerak naik turun dalam rentang yang lebar,” tulis para ahli strategi tersebut.

Laporan Morgan Stanley ini menambah daftar pihak yang mempertanyakan prospek dolar AS, di tengah para pelaku pasar dan analis yang menimbang pendekatan perdagangan Presiden AS Donald Trump yang penuh gejolak.

Ahli strategi JPMorgan Chase & Co yang dipimpin oleh Meera Chandan mengatakan kepada investor pekan lalu bahwa mereka tetap bearish terhadap mata uang AS, dan justru merekomendasikan investasi pada yen, euro, dan dolar Australia.

Indeks Dolar AS telah turun hampir 10 persen sejak puncaknya pada Februari, seiring dengan kebijakan perdagangan Trump yang merusak sentimen terhadap aset-aset AS dan mendorong pasar untuk mempertimbangkan kembali ketergantungan global terhadap dolar.

Namun, pesimisme terhadap dolar masih belum mencapai level ekstrem secara historis, yang menunjukkan masih adanya potensi pelemahan lebih lanjut, menurut data dari Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC).

Mata uang yang diperkirakan paling diuntungkan dari pelemahan dolar adalah euro, yen, dan franc Swiss, yang secara luas dianggap sebagai rival dolar sebagai aset safe haven global, tulis para ahli strategi Morgan Stanley.

Mereka memperkirakan euro akan naik ke level sekitar 1,25 tahun depan dari sekitar 1,13 saat ini seiring dengan melemahnya dolar.

Poundsterling juga diperkirakan akan menguat dari 1,35 menjadi 1,45, didorong oleh “high carry” – imbal hasil yang bisa diperoleh investor dari memegang mata uang tersebut – dan risiko ketegangan perdagangan Inggris yang rendah.

Yen, yang saat ini diperdagangkan sekitar 143 per dolar, bisa menguat menjadi 130, menurut para analis.

Morgan Stanley juga memperkirakan bahwa imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun akan mencapai 4 persen pada akhir 2025, sebelum turun signifikan pada tahun 2026 seiring dengan kebijakan pemotongan suku bunga sebesar 175 basis poin oleh Federal Reserve.

Dolar melemah terhadap sejumlah mata uang pada awal perdagangan Asia tanggal 2 Juni, dengan indeks Bloomberg untuk dolar tercatat melemah sekitar 0,2 persen.Terhadap dolar Singapura, dolar AS tercatat stagnan pada pukul 11.24 pagi waktu setempat pada 2 Juni. Sepanjang tahun 2025 hingga saat ini, mata uang AS telah melemah sebesar 5 persen terhadap dolar Singapura.

Pegang kendali melalui
Smart Analysis Portal

Smart Analysis Portal kami menawarkan sistem yang mudah digunakan dengan berbagai fitur dan alat yang membantu pelanggan dengan berbagai gaya trading.