Pasar keuangan global menghadapi pekan yang krusial setelah aksi jual tajam pada Jumat lalu, dipicu oleh ancaman Presiden Donald Trump untuk memberlakukan tarif 100% terhadap produk asal China. Kebijakan ini merupakan respons terhadap pembatasan ekspor mineral rare-earth oleh Beijing — langkah yang dinilai dapat mengganggu rantai pasokan global dan menekan margin di sektor teknologi serta manufaktur Amerika Serikat.
Eskalasi ini terjadi di tengah penutupan pemerintahan AS (government shutdown) yang masih berlangsung, menambah ketidakpastian politik dan menghambat rilis data ekonomi resmi. Dengan indeks S&P 500 kini berada dalam kondisi negative gamma, volatilitas pasar diperkirakan akan meningkat tajam sepanjang pekan ini.
1. Trade War 2.0: Ketegangan AS–China Kembali Memanas
Pernyataan Trump yang diikuti dengan rencana pengenaan tarif 100% terhadap impor China menjadi salah satu langkah perdagangan paling agresif sepanjang masa kepresidenannya. Kebijakan ini berpotensi menekan sejumlah sektor utama, mulai dari semikonduktor, otomotif, hingga elektronik konsumen, mengingat pentingnya mineral rare-earth sebagai bahan baku utama bagi teknologi tinggi dan sistem pertahanan.
Meskipun pasar sempat pulih sebagian setelah Trump membuka peluang pertemuan dengan Presiden Xi Jinping bulan ini, ketidakpastian tetap tinggi. Investor kini berfokus pada perusahaan yang memiliki ketergantungan besar terhadap China dan rantai pasokan berbasis rare-earth, dengan sektor teknologi, material, dan industri diperkirakan menjadi yang paling volatil.
2. Musim Laporan Keuangan Bank Besar: Ujian Kekuatan Fundamental
Pekan ini juga menandai dimulainya musim laporan keuangan kuartal III, dengan bank-bank besar seperti JPMorgan, Goldman Sachs, Wells Fargo, Bank of America, Morgan Stanley, dan Charles Schwab dijadwalkan merilis kinerjanya mulai Selasa.
Kinerja sektor keuangan akan menjadi indikator utama kesehatan ekonomi AS, terutama melalui tren margin bunga bersih, kualitas kredit, serta cadangan kerugian pinjaman. Data ini akan membantu menilai apakah perekonomian mulai menunjukkan pelemahan atau masih mampu bertahan di tengah tekanan geopolitik.
Selain itu, pendapatan dari perbankan investasi dan manajemen kekayaan akan memberikan gambaran mengenai aktivitas merger & akuisisi, kondisi pasar modal, serta sentimen investor ritel. Komentar manajemen bank terkait perang dagang, kebijakan suku bunga The Fed, dan dampak shutdown pemerintahan diperkirakan akan menjadi katalis utama bagi pergerakan indeks keuangan pekan ini.
3. CPI dan Penjualan Ritel: Mengukur Kekuatan Inflasi dan Konsumsi
Rilis data CPI (Consumer Price Index) untuk September pada Rabu menjadi sorotan utama investor. Angka inflasi ini akan menjadi ujian terhadap dampak kebijakan tarif baru yang berpotensi mendorong kenaikan harga impor. Pelaku pasar akan menilai apakah tren disinflasi masih berlanjut atau mulai berbalik arah.
Sementara itu, data penjualan ritel yang dirilis Kamis akan menjadi barometer kekuatan konsumsi rumah tangga — komponen terbesar dalam PDB AS. Jika inflasi tetap terkendali sementara konsumsi menunjukkan ketahanan, maka skenario soft landing ekonomi akan semakin kuat. Sebaliknya, kombinasi inflasi yang meningkat dan pelemahan belanja konsumen dapat menimbulkan tekanan baru bagi The Fed dalam menentukan arah kebijakan moneternya.
Tambahan data PPI (Producer Price Index) yang juga akan dirilis Kamis dapat menjadi indikator awal tekanan harga di tingkat produsen, terutama setelah kebijakan tarif mulai memengaruhi biaya impor.
4. Pidato Powell: Fokus pada Dampak Perang Dagang dan Shutdown
Pidato Ketua The Fed, Jerome Powell, pada Selasa diperkirakan menjadi salah satu momen paling sensitif bagi pasar pekan ini. Investor akan mencermati apakah Powell akan mengakui potensi dampak dari eskalasi perang dagang dan gangguan akibat shutdown terhadap prospek ekonomi serta kebijakan moneter.
Powell menghadapi tantangan besar: mengakui risiko inflasi akibat tarif, namun tetap menunjukkan keyakinan terhadap stabilitas ekonomi tanpa terkesan mengkritik kebijakan pemerintah. Komentarnya mengenai reliabilitas data ekonomi di tengah shutdown juga akan menjadi perhatian penting, mengingat keterbatasan data dapat mempersulit pengambilan keputusan suku bunga pada pertemuan mendatang.
Pidato ini akan menjadi penghubung antara laporan keuangan bank besar dan rilis data CPI, sehingga berpotensi besar membentuk persepsi pasar terhadap arah kebijakan The Fed selanjutnya.
5. Laporan Sektor Teknologi dan Kesehatan: Barometer Ketahanan Industri
Selain sektor keuangan, investor juga menantikan laporan kinerja dari perusahaan besar di sektor teknologi dan kesehatan seperti Johnson & Johnson, ASML, Taiwan Semiconductor (TSMC), Intuitive Surgical, dan Schlumberger.
Kinerja ASML dan TSMC akan menjadi ukuran penting bagi kesehatan industri semikonduktor serta keberlanjutan investasi di sektor AI dan infrastruktur teknologi, terutama mengingat ketergantungan rantai pasokan pada China. Sementara itu, hasil dari Johnson & Johnson dan Intuitive Surgical akan mencerminkan tren pengeluaran kesehatan dan investasi peralatan medis di tengah tekanan biaya global.
Secara keseluruhan, laporan laba lintas sektor ini akan membantu pasar menilai seberapa kuat korporasi AS mampu bertahan di tengah kombinasi tekanan eksternal — mulai dari perang dagang hingga perlambatan ekonomi global.
Kesimpulan
Kombinasi antara ketegangan dagang AS–China, shutdown pemerintahan, rilis data inflasi dan konsumsi, serta awal musim laporan laba perusahaan menjadikan pekan ini sebagai salah satu periode paling menentukan bagi arah pasar pada kuartal IV 2025.
Volatilitas diperkirakan tetap tinggi seiring investor menimbang keseimbangan antara fundamental domestik yang masih solid dan meningkatnya risiko eksternal. Respons The Fed, hasil laporan keuangan bank besar, serta perkembangan negosiasi perdagangan akan menjadi tiga faktor utama yang menentukan arah pergerakan indeks saham dan dolar AS dalam waktu dekat.