Harga minyak ditutup menguat pada hari Rabu dalam perdagangan yang bergejolak, dipicu oleh kekhawatiran atas potensi gangguan pasokan akibat konflik antara Iran dan Israel serta kemungkinan keterlibatan Amerika Serikat. Minyak mentah Brent naik 25 sen menjadi $76,70 per barel, sementara WTI menguat 30 sen menjadi $75,14, meskipun sempat turun sekitar 2% di awal sesi perdagangan.
Ketegangan meningkat setelah Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menolak tuntutan Presiden AS Donald Trump untuk menyerah tanpa syarat. Trump menyatakan kesabarannya telah habis, namun belum memutuskan apakah akan bergabung dalam kampanye militer Israel terhadap Iran. Ia mengisyaratkan bahwa serangan terhadap fasilitas nuklir Iran sedang dipertimbangkan.
Para analis meyakini bahwa jika AS ikut terlibat, risiko terhadap infrastruktur energi di kawasan akan meningkat tajam, termasuk kemungkinan penutupan Selat Hormuz — jalur penting bagi sepertiga perdagangan minyak dunia — yang bisa mendorong harga minyak naik hingga $120 per barel. Sebagai produsen minyak terbesar ketiga di OPEC, Iran menghasilkan sekitar 3,3 juta barel per hari.
Sementara itu, Federal Reserve memutuskan untuk menahan suku bunga dan tetap berencana untuk menurunkannya tahun ini, namun dengan laju yang lebih lambat karena tekanan inflasi yang berpotensi muncul akibat kebijakan tarif pemerintahan Trump. Penurunan total sebesar 0,5% masih diproyeksikan untuk tahun ini, dengan penyesuaian yang lebih lambat diperkirakan terjadi pada 2026 dan 2027.
Goldman Sachs memperkirakan adanya premi geopolitik sekitar $10 per barel pada Brent akibat ketegangan di Timur Tengah. Jika pasokan minyak Iran terganggu, Brent diperkirakan bisa melonjak melewati $90 per barel.
Namun, skenario dasar Goldman — yang sebelumnya memproyeksikan Brent rata-rata di $60 per barel jika tidak ada gangguan pasokan — kini diragukan, menyusul pernyataan Presiden Trump yang mengisyaratkan kemungkinan bergabung menyerang Iran bersama Israel. “Saya mungkin melakukannya, atau mungkin tidak,” katanya, memicu kontroversi di kalangan Partai Republik.
Goldman juga menyoroti kerentanan jalur ekspor minyak di Timur Tengah, seperti Selat Bab el-Mandeb, yang telah terganggu akibat serangan dari pemberontak Houthi di Yaman.
Sementara itu, Barclays memperingatkan bahwa harga minyak bisa melonjak di atas $100 per barel jika konflik semakin memanas. Jika setengah dari ekspor minyak Iran (sekitar 1 juta barel per hari) terganggu, Brent diprediksi akan mencapai $85 per barel. Saat ini, Brent tercatat di $76,56, dan WTI di $75,22, sementara pasar masih menunggu sikap resmi yang jelas dari AS.
Prospek Teknikal

Saat ini, harga minyak bergerak dalam kisaran $73–$76, dengan level resisten pada garis tren menurun di titik tertinggi terbaru $77,57. Jika ketegangan terus berlanjut dan kekhawatiran terhadap pasokan meningkat, harga berpotensi naik kembali. Level resisten berikutnya yang perlu diperhatikan adalah $80,80, $84,50, dan $90,54.
—Ade Yunus
RND – Strategi Pasar Global