WTI terpantau menguat setelah menyentuh target level di 61,44.
Trader global kini memantau area minat jual di sekitar level 64.
Proyeksi harga jangka menengah masih tetap bearish.
Harga Minyak Global
Pada Senin (8 September), harga minyak dunia naik lebih dari 1%, bangkit dari penurunan tajam pekan lalu. Sentimen pasar didorong oleh potensi sanksi baru terhadap ekspor minyak Rusia setelah serangan besar-besaran ke Ukraina, yang bisa memperketat pasokan global. Kenaikan harga ini terjadi meskipun OPEC+ baru saja memutuskan untuk menaikkan produksi mulai Oktober.
Pergerakan Harga
- Minyak Brent naik 80 sen, atau sekitar 1,2%, menjadi $66,30 per barel.
- WTI (West Texas Intermediate) menguat 75 sen, atau 1,2%, ke $62,62 per barel.
Sebelumnya, kedua acuan harga ini sempat anjlok lebih dari 2% pada Jumat akibat data ketenagakerjaan AS yang lemah, sehingga memicu kekhawatiran terhadap permintaan energi. Secara mingguan, harga minyak turun lebih dari 3%.
Keputusan OPEC+
Dalam pertemuan hari Minggu, aliansi OPEC+ — yang terdiri dari negara anggota OPEC, Rusia, dan mitra lainnya — sepakat menaikkan produksi minyak mulai Oktober. Namun, kenaikan hanya sebesar 137.000 barel per hari dari delapan negara anggota, jauh lebih kecil dibanding bulan-bulan sebelumnya:
- September & Agustus: sekitar 555.000 bph
- Juli & Juni: sekitar 411.000 bph
Langkah ini menandakan upaya Arab Saudi menjaga keseimbangan antara kepentingan pasar — memperkuat pangsa pasar sekaligus menghindari risiko kelebihan pasokan jelang musim dingin. Analis menilai keputusan ini mengejutkan, karena pasar semula memperkirakan kenaikan lebih besar. Kenaikan yang lebih kecil dari perkiraan justru memberi dukungan terhadap harga minyak.
Faktor Geopolitik: Rusia–Ukraina
Geopolitik menjadi faktor utama penggerak harga. Rusia meluncurkan serangan udara terbesar sejak awal invasi, menghantam pusat pemerintahan Kyiv dan menewaskan sedikitnya empat orang. Hal ini meningkatkan peluang diberlakukannya sanksi baru AS terhadap minyak Rusia, yang berpotensi memperketat pasokan global.
Presiden AS Donald Trump menyatakan frustrasi atas perang yang berlarut-larut dan mengumumkan bahwa beberapa pemimpin Eropa akan berkunjung ke Washington dalam beberapa hari ke depan untuk membahas resolusi konflik. Meski Trump tetap optimis perang bisa segera diakhiri, ketegangan ini terus menambah ketidakpastian besar di pasar energi.
Analisis Pasar
Menurut analis Rakuten Securities, Satoru Yoshida, momentum beli dipicu oleh kenaikan produksi OPEC+ yang lebih kecil dari perkiraan dan keyakinan bahwa minyak Rusia tidak akan membanjiri pasar.
Toshitaka Tazawa dari Fujitomi Securities menambahkan bahwa harga juga didukung oleh rebound teknikal setelah pelemahan tajam minggu lalu.
Faktor lain seperti kecepatan angin yang lebih rendah pada Juli–Agustus serta keterlambatan sejumlah proyek energi alternatif turut memperbesar kekhawatiran akan pasokan energi yang ketat.
Prospek ke Depan
Goldman Sachs memproyeksikan adanya sedikit surplus minyak pada 2026 karena peningkatan kapasitas produksi AS, meskipun pasokan Rusia diperkirakan menurun dan permintaan global tetap solid.
Proyeksi harga rata-rata 2026:
- Brent: $56 per barel
- WTI: $52 per barel
Namun, Goldman menekankan risiko harga minyak 2025–2026 tetap terbuka dua arah, meski condong ke sisi kenaikan akibat ketidakpastian geopolitik dan pasokan.
Outlook Teknis
Harga minyak masih berpotensi rebound terbatas menuju level 64, dengan area jual yang disukai berada di kisaran 63,7–64.

Untuk potensi penurunan lebih lanjut, level support diproyeksikan di 61,44 dan 58,5.
Ade Yunus
Global Market Strategies