Maxco Futures – Bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) kembali berada di pusat perhatian global menjelang keputusan kebijakan yang akan dirilis pada pertemuan bulan ini. Meskipun pasar dan sebagian besar ekonom memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga, keputusan tersebut ternyata dibalut oleh perbedaan pandangan tajam di antara para pejabat Fed mengenai kondisi ekonomi AS saat ini — khususnya terkait inflasi dan pasar tenaga kerja.
1. Mengapa Pasar Memperkirakan Pemangkasan Suku Bunga?
Mayoritas ekonom yang disurvei oleh Chicago Booth Clark Center untuk Financial Times — sekitar 85% responden — meyakini bahwa The Fed akan memotong suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, membawa suku bunga Fed Funds Rate ke level 3,50%–3,75%.
Alasannya:
- Pasar tenaga kerja AS mulai melemah, terlihat dari penurunan pertumbuhan lapangan kerja dan peningkatan klaim tunjangan pengangguran.
- Pertumbuhan ekonomi melambat, sehingga diperlukan stimulus agar tidak jatuh ke perlambatan lebih dalam.
- Inflasi memang masih tinggi, tetapi tren jangka menengah menunjukkan penurunan dibanding puncaknya pada 2022–2023.
Dengan latar belakang tersebut, banyak analis melihat pemangkasan suku bunga sebagai langkah pencegahan terhadap risiko resesi.
2. Perpecahan Tajam di Internal The Fed: Dua Kubu Besar
Meskipun pasar relatif yakin akan adanya pemangkasan, situasi di internal Fed jauh lebih rumit. Para pejabat Fed terbagi dalam dua kubu utama:
Kubu “Hawkish” — Menolak Pemangkasan
Kelompok ini berpendapat:
- Inflasi, terutama di sektor jasa, masih terlalu tinggi.
- Melonggarkan kebijakan justru bisa memicu inflasi kembali naik dan menggagalkan upaya stabilisasi harga.
- Data pasar tenaga kerja melemah, tetapi dianggap belum cukup kritis untuk memerlukan stimulus tambahan.
Kubu “Dovish” — Mendukung Pemangkasan
Kelompok ini melihat:
- Perlambatan ekonomi dan pelemahan pasar tenaga kerja lebih berbahaya dalam jangka pendek.
- Keterlambatan dalam pemangkasan suku bunga dapat menyebabkan momentum konsumsi dan investasi turun tajam.
- Risiko resesi lebih besar dibandingkan risiko inflasi kembali meningkat.
Tidak heran bila jajak pendapat terhadap ekonom memprediksi bahwa pertemuan kali ini akan menghasilkan banyak suara tidak setuju (dissent). Sekitar:
- 60% responden memperkirakan dua dissenters,
- 33% responden memperkirakan tiga dissenters atau lebih.
Artinya, keputusan apa pun diperkirakan tidak akan bulat.
3. Apa Sebenarnya yang Menjadi Sumber Ketegangan Internal?
Ketegangan ini bersumber dari dua indikator utama:
a. Inflasi
- Inflasi AS memang turun dari puncaknya, namun inflasi inti (Core CPI) dan inflasi jasa masih lebih tinggi dari target 2%.
- Beberapa anggota Fed khawatir pemangkasan suku bunga dapat menghidupkan kembali tekanan harga.
b. Pasar Tenaga Kerja
- Data terbaru menunjukkan pelemahan signifikan, termasuk turunnya lowongan pekerjaan dan melemahnya pertumbuhan upah.
- Bagi kubu dovish, data ini merupakan tanda bahwa perekonomian butuh “penyangga”.
Kedua indikator inilah yang membuat perekonomian AS tampak seperti dua wajah: inflasi masih “hangat”, tapi tenaga kerja mulai “mendingin”. Dan Fed harus memilih mana yang lebih penting untuk distabilkan terlebih dahulu.
4. Implikasi untuk Pasar Global dan Negara Berkembang
Keputusan Fed selalu membawa efek domino ke pasar global. Berikut dampak potensial jika Fed benar-benar memotong suku bunga.
- Dolar AS Berpotensi Melemah
Suku bunga lebih rendah menyebabkan penguatan aset lain, menekan permintaan dolar.
- Aliran Modal ke Emerging Markets Meningkat
Investor cenderung mencari imbal hasil lebih tinggi di negara berkembang seperti Indonesia:
- Rupiah dapat menguat,
- Obligasi pemerintah berpotensi naik karena masuknya dana asing,
- IHSG mendapat sentimen positif.
- Harga Komoditas Cenderung Terdukung
Harga emas, minyak, dan komoditas lain umumnya menguat saat dolar melemah.
- Risiko Jika Fed Tidak Sepakat
Jika dissent terlalu banyak atau nada pernyataan (statement) Fed terdengar hawkish:
- Pasar mungkin menilai Fed tidak yakin dengan prospek ekonomi,
- Volatilitas dapat meningkat,
- Kapitalisasi pasar bisa terguncang sementara.
5. Apa yang Perlu Diperhatikan Investor dan Trader?
- Pernyataan Powell di Konferensi Pers
Nada yang digunakan ketua Fed dapat lebih menentukan arah pasar daripada keputusan suku bunga itu sendiri.
- Proyeksi Dot Plot 2026
Menunjukkan peta jalan kebijakan suku bunga ke depan.
- Reaksi Dolar dan US Treasury Yield
Gerak awal biasanya memicu arah pasar global, termasuk pergerakan rupiah.
Ade Yunus, ST WPA
Global Market Strategies