Harga emas kembali mencatatkan sejarah. Untuk pertama kalinya, logam mulia ini menembus level US$4.000 per ons, bahkan sempat mencapai titik tertinggi harian di US$4.037 — menandai tonggak baru dalam tren kenaikan harga yang terus berlanjut, didorong oleh kekhawatiran ekonomi global dan ketegangan politik di Amerika Serikat.
Kenaikan tajam ini mencerminkan pergeseran besar dalam sentimen pasar: investor kini semakin meninggalkan aset berisiko dan berbondong-bondong mencari perlindungan pada instrumen yang dianggap paling aman — yaitu emas.
Ketidakpastian Politik dan Ancaman Penutupan Pemerintahan AS
Salah satu pendorong utama lonjakan harga emas adalah kebuntuan politik di Washington. Pemerintah Amerika Serikat menghadapi ancaman shutdown akibat perbedaan pandangan mengenai anggaran di Kongres, menimbulkan kekhawatiran bahwa perekonomian dapat terganggu jika kebuntuan ini berlarut-larut.
Bagi banyak investor, ketidakpastian semacam ini menjadi sinyal jelas untuk melindungi kekayaan mereka. “Setiap kali pasar melihat ketidakstabilan fiskal di AS, emas selalu menjadi tempat pelarian pertama,” ujar seorang analis pasar yang dikutip oleh BBC.
Pelemahan Dolar AS Menambah Daya Tarik Emas
Selain faktor politik, pelemahan dolar AS juga turut memperkuat reli emas. Dolar yang lebih lemah membuat harga emas menjadi lebih murah bagi pembeli di luar negeri, sehingga mendorong permintaan global. Para analis menilai bahwa kombinasi antara melemahnya mata uang, turunnya imbal hasil obligasi, dan meningkatnya kekhawatiran geopolitik telah menciptakan “badai sempurna” bagi kenaikan harga emas.
Partisipasi Investor Ritel dan Efek Psikologis Pasar
Menariknya, reli ini tidak hanya didorong oleh investor institusional. Banyak investor ritel ikut membeli emas fisik maupun ETF berbasis emas. Lonjakan permintaan tersebut menciptakan efek psikologis yang memperkuat tren bullish.
“Ketika harga mulai mencetak rekor baru, efek psikologisnya sangat kuat. Investor tidak ingin ketinggalan momen,” ujar analis lain kepada BBC.
Akankah Harga Emas Terus Naik?
Meskipun prospeknya masih positif, sejumlah ekonom memperingatkan bahwa reli ini bisa kehilangan momentum jika ketidakpastian mulai mereda atau data ekonomi AS menunjukkan perbaikan. Secara historis, harga emas cenderung terkoreksi ketika suku bunga naik atau inflasi mulai stabil.
Namun untuk saat ini, dengan ketegangan geopolitik yang masih tinggi dan kondisi ekonomi global yang rapuh, emas tetap menjadi simbol keamanan dan kepercayaan investor.
Lonjakan harga yang menembus US$4.000 per ons bukan hanya mencerminkan tren pasar, tetapi juga menjadi cerminan dari ketakutan, kehati-hatian, dan pencarian stabilitas di tengah dunia yang penuh ketidakpastian. Bagi banyak pihak, emas sekali lagi membuktikan jati dirinya — bukan sekadar logam berharga, tetapi penyimpan nilai dan kepercayaan tertinggi.
Goldman Sachs Naikkan Proyeksi Harga Emas 2026 Menjadi US$4.900
Dalam laporan terbarunya, Goldman Sachs menaikkan proyeksi harga emas akhir tahun 2026 menjadi US$4.900 per ons, dari perkiraan sebelumnya US$4.300. Revisi ini didorong oleh permintaan yang terus meningkat, baik dari bank sentral maupun investor Barat.
Menurut Goldman, kenaikan harga emas sebesar 17% sejak akhir Agustus sebagian besar disebabkan oleh aliran dana masuk ke ETF berbasis emas di wilayah Barat dan pembelian besar-besaran oleh bank sentral, khususnya dari negara berkembang.
“Permintaan ini bersifat bertahan — tidak mudah berbalik arah — dan hal ini meningkatkan dasar perhitungan harga kami,” tulis tim analis yang dipimpin oleh Lina Thomas.
Bank tersebut memperkirakan bahwa pembelian emas oleh bank sentral akan mencapai rata-rata 80 ton pada 2025 dan 70 ton pada 2026, mencerminkan strategi jangka panjang negara berkembang untuk mendiversifikasi cadangan mereka dari ketergantungan terhadap dolar AS. Faktor ini saja diperkirakan akan berkontribusi sekitar 19 poin persentase terhadap kenaikan harga emas hingga tahun 2026.
Selain itu, Goldman memperkirakan permintaan ETF Barat akan meningkat seiring dengan pemangkasan suku bunga The Federal Reserve sebesar 100 basis poin hingga pertengahan 2026, yang berpotensi menambah sekitar 5 poin persentase terhadap reli harga emas.
Ade Yunus
Global Market Strategies