Maxco Futures — Pasar keuangan global memasuki fase krusial yang ditandai dinamika kebijakan moneter yang semakin kompleks, ketegangan geopolitik yang belum mereda, serta data ekonomi yang menunjukkan sinyal beragam. Pergerakan mata uang utama, logam mulia, dan imbal hasil obligasi terus mencerminkan volatilitas tinggi menjelang serangkaian keputusan bank sentral yang akan menentukan arah pasar menjelang akhir tahun.
Dengan berubahnya ekspektasi investor terhadap arah kebijakan Federal Reserve dan meningkatnya peluang pengetatan dari Bank of Japan, pasar global kini bergerak dalam lanskap yang penuh ketidakpastian—sekaligus sarat peluang. Kombinasi ketahanan pasar tenaga kerja AS, pergeseran kebijakan Jepang, dan meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven menjadi faktor utama yang membentuk arus modal dan sentimen risiko. Dalam konteks ini, memahami dinamika dolar, yen, euro, serta pergerakan emas dan perak menjadi sangat penting untuk membaca arah pasar dalam beberapa pekan ke depan.
Dolar Menguat Setelah Data Tenaga Kerja AS yang Solid
Indeks dolar AS (DXY) menguat +0,17% pada hari Kamis setelah sempat melemah ke level terendah dalam lima minggu. Rebound ini terjadi setelah rilis klaim pengangguran awal AS turun signifikan menjadi 191.000, level terendah dalam tiga tahun dan lebih baik dari ekspektasi 220.000. Data ini menunjukkan ketahanan pasar tenaga kerja, memberikan sinyal hawkish kepada Federal Reserve dan mendorong kenaikan yield Treasury.
Sebelumnya, dolar sempat tertekan akibat penguatan yen menyusul laporan Reuters bahwa pemerintah Jepang siap menerima kenaikan suku bunga BOJ bulan ini. Terlepas dari data tenaga kerja yang kuat, pasar tetap memperkirakan peluang 91% bahwa FOMC akan memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada 9–10 Desember.
Faktor Politik AS: Kandidat Ketua Fed Baru Dinilai Dovish
Sentimen dolar juga dipengaruhi perkembangan politik setelah Presiden Trump menyebut akan mengumumkan kandidat Ketua Fed baru pada awal 2026, dengan Kevin Hassett dipandang sebagai kandidat terkuat pengganti Jerome Powell. Hassett dikenal dovish dan mendukung kebijakan suku bunga rendah, sehingga pasar menilai penunjukannya bisa menjadi tekanan struktural bagi dolar dan menimbulkan kembali keraguan terkait independensi The Fed. Faktor ini menjadi risiko jangka menengah bagi outlook dolar AS.
Euro Melemah Setelah Rebound Dolar dan Tekanan Geopolitik
EUR/USD melemah 0,20% setelah sempat menyentuh level tertinggi enam minggu. Koreksi ini terjadi setelah dolar kembali menguat dan ketegangan geopolitik meningkat menyusul gagalnya negosiasi AS–Rusia memberikan perkembangan berarti atas perang Ukraina.
Namun komentar optimis dari pejabat ECB Cipollone, yang mengatakan inflasi kini lebih seimbang dan outlook ekonomi Zona Euro lebih stabil, membantu meredam tekanan penurunan euro. Divergensi kebijakan tetap mendukung euro: ECB kemungkinan menahan pelonggaran sementara The Fed diarahkan menuju penurunan suku bunga.
Data penjualan ritel Eurozone Oktober stabil sesuai perkiraan, dan peluang pemotongan suku bunga ECB bulan ini hanya sekitar 1%.
Yen Menguat Seiring Meningkatnya Ekspektasi Hike BOJ
USD/JPY turun 0,14%, dengan yen menguat ke level tertinggi dalam 2,5 minggu. Kenaikan yen dipicu laporan bahwa pemerintah Jepang siap menerima kemungkinan kenaikan suku bunga BOJ pada 19 Desember, menandai perubahan signifikan dalam stance kebijakan.
Yield obligasi pemerintah Jepang tenor 10 tahun melonjak ke 1,941%, tertinggi sejak 2007, mempersempit selisih imbal hasil dengan AS dan memperkuat yen. Pasar kini memperkirakan peluang 86% bahwa BOJ akan menaikkan suku bunga—langkah besar setelah bertahun-tahun kebijakan ultra-longgar.
Emas Menguat Tipis, Perak Melemah Tajam
Harga emas COMEX Februari naik 0,25%, sementara perak COMEX Maret turun 1,93%.
Emas mendapat dukungan dari meningkatnya permintaan safe haven setelah pembicaraan AS–Rusia kembali gagal memberikan progres terkait konflik Ukraina. Ekspektasi inflasi AS yang meningkat juga menopang emas, tetapi penguatan dolar dan naiknya imbal hasil Treasury membatasi kenaikannya.
Perak terkoreksi lebih dalam akibat aksi take-profit, meskipun fundamentalnya tetap kuat. Stok perak di Shanghai Futures Exchange turun ke level terendah 10 tahun.
Permintaan Bank Sentral Tetap Jadi Pilar Penguatan Emas
Tren pembelian emas oleh bank sentral tetap menjadi faktor utama:
- China menambah cadangan emas 12 bulan berturut-turut.
- World Gold Council mencatat pembelian emas global mencapai 220 ton pada Q3, naik 28% dari kuartal sebelumnya.
- ETF emas mencatat arus keluar, namun ETF perak justru rebound dengan posisi long mencapai level tertinggi 3,25 tahun.
Lanskap Pasar Menjelang FOMC & BOJ: Volatilitas Tinggi, Peluang Terbuka
Pasar global memasuki periode yang sangat menentukan menjelang dua keputusan bank sentral besar:
- FOMC, yang diperkirakan akan memangkas suku bunga
- BOJ, yang semakin mungkin menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak era suku bunga negatif
Kombinasi kekuatan pasar tenaga kerja AS, perubahan kebijakan Jepang, ketidakpastian geopolitik, serta dinamika emas–perak menciptakan tingkat volatilitas tinggi. Namun, kondisi ini juga membuka peluang strategis bagi pelaku pasar untuk memanfaatkan pergerakan pada aset mata uang, obligasi, dan logam mulia.
Ade Yunus, ST WPA
Global Market Strategies