Maxco Futures — Bank of Japan (BOJ) tampaknya sedang mempertimbangkan langkah besar pada pertemuan kebijakan berikutnya. Dalam pidatonya hari ini, Senin, 1 Desember 2025, Gubernur Kazuo Ueda memberikan sinyal paling kuat bahwa bank sentral Jepang sedang serius mempertimbangkan kenaikan suku bunga — sebuah perubahan yang dapat menandai berakhirnya era panjang kebijakan moneter super longgar di Jepang.
Nada Baru: Menimbang “Kelebihan & Kekurangan” Kenaikan Suku Bunga
- Ueda menyampaikan bahwa BOJ akan menilai dengan hati-hati “keuntungan dan kerugian” dari kemungkinan kenaikan suku bunga pada rapat 18–19 Desember mendatang.
- Faktor pendukung potensi kenaikan suku bunga mencakup:
• semakin akutnya kekurangan tenaga kerja,
• keuntungan korporasi yang tetap kuat, dan
• perusahaan yang kini lebih agresif dalam menetapkan upah — menunjukkan bahwa momentum ekonomi domestik mendukung pengetatan kebijakan. - Meski demikian, Ueda menegaskan bahwa keputusan belum final — BOJ masih menunggu data tambahan, terutama perkembangan upah dan kondisi ekonomi global seperti data ekonomi AS.
Ueda menggambarkan kenaikan suku bunga yang mungkin terjadi sebagai “mengurangi tekanan pada pedal gas,” bukan “menginjak rem secara mendadak” — artinya pengetatan dipandang sebagai penyesuaian moderat, bukan kebijakan yang menghambat pertumbuhan secara agresif.
Reaksi Pasar: Yen Menguat, Imbal Hasil Obligasi Naik
Setelah pidato Ueda:
- Yen langsung menguat sekitar 0,4% terhadap dolar AS, mencapai kisaran ¥155,49 per dolar — mencerminkan meningkatnya ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga.
- Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang tenor 10 tahun naik ke sekitar 1,84% — level tertinggi sejak 2008.
Pasar dengan cepat menyesuaikan valuasi seiring meningkatnya probabilitas kenaikan suku bunga, membuat pasar obligasi dan valuta Jepang kembali menjadi fokus investor global.
Faktor Kunci: Upah, Inflasi, dan Pergerakan Yen
Meski sentimen hawkish meningkat, BOJ tetap berhati-hati:
- Pertumbuhan upah — termasuk bonus dan kenaikan gaji tetap — menjadi komponen paling penting. Tanpa pertumbuhan upah yang kuat, alasan untuk menaikkan suku bunga akan melemah.
- Depresiasi yen menjadi risiko besar inflasi impor: yen yang lebih lemah membuat harga impor lebih mahal, meningkatkan tekanan inflasi dalam negeri. BOJ menyebut ini sebagai “risiko besar terhadap inflasi inti.”
- Faktor eksternal — seperti kondisi ekonomi global dan kebijakan moneter negara lain (termasuk AS) — tetap relevan. Jika kondisi global memburuk, BOJ bisa menunda langkahnya.
Singkatnya: peluang kenaikan suku bunga cukup besar, tetapi ruang manuver tetap terbuka — keputusan akhir akan ditentukan oleh data yang masuk menjelang rapat Desember.
Implikasi Global & Perspektif Investor
- Mata uang / FX: Yen berpeluang menguat lebih lanjut jika BOJ benar-benar menaikkan suku bunga, menekan pasangan USD/JPY dan mempengaruhi arus modal di kawasan Asia.
- Obligasi & fixed income: Kenaikan imbal hasil JGB dapat menarik minat investor global, berpotensi mendorong repatriasi modal ke Jepang.
- Aset & pasar saham Jepang: Sektor perbankan/institusi keuangan mungkin diuntungkan, sementara sektor sensitif suku bunga (konsumsi, properti) berpotensi tertekan jika kredit melambat.
- Sentimen global: Pergeseran kebijakan BOJ dapat mengubah dinamika arus modal global, terutama karena Jepang tetap dianggap sebagai pasar “safe haven”.
Pidato Ueda hari ini — yang lebih hawkish dibanding sebelumnya — menandakan bahwa BOJ berada di ambang tindakan nyata. Namun, karena keputusan tetap bergantung pada data upah, inflasi, serta kondisi ekonomi global, keputusan final masih dapat berubah. Oleh karena itu, investor perlu tetap waspada: peluang kenaikan suku bunga sangat besar, namun penting untuk terus memantau data ekonomi terbaru sebelum mengambil posisi agresif.
Outlook Teknikal USD/JPY

USD/JPY diperdagangkan di level 155.46 setelah pidato Ueda. Secara teknikal, JPY masih berpeluang menguat lebih lanjut terhadap USD, dengan target penurunan di 153.30 dan 152.75.
Sementara itu, resistance terdekat — yang menjadi batas kenaikan — berada di 158.80.
Ade Yunus, ST WPA
Global Market Strategies