DETAIL

Dolar Menguat Setelah Powell Isyaratkan Nada Hawkish Pasca Pemangkasan Suku Bunga

MAXCO FUTURESDolar AS melonjak ke level tertinggi dua minggu pada Kamis pagi waktu Asia setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyampaikan komentar bernada lebih hawkish dari perkiraan, meskipun bank sentral baru saja memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin.

Indeks dolar (DXY) ditutup naik 0,62% ke sekitar 106,40, didorong oleh lonjakan imbal hasil obligasi Treasury AS setelah Powell menegaskan bahwa pemotongan suku bunga lanjutan pada Desember “bukan hal yang sudah pasti.” Nada yang lebih tegas ini memadamkan ekspektasi pasar atas rangkaian pelonggaran agresif hingga akhir tahun.

“Kami akan tetap mengambil keputusan dari data, bukan kalender,” ujar Powell, menekankan perlunya kehati-hatian karena inflasi belum benar-benar turun ke target 2%.

Reaksi Pasar

  • Nada hawkish tersebut langsung mengangkat dolar terhadap mayoritas mata uang utama.
  • EUR/USD tergelincir kelevel 1,1570 1,08, sementara USD/JPY menembus 151,70 seiring kenaikan yield obligasi 10 tahun AS ke atas 4,40%.
  • Emas spot sempat naik tipis di awal sesi, namun kembali melemah di bawah USD 3930 per ounce, tertekan oleh dolar yang kuat dan prospek suku bunga yang bertahan tinggi.
  • Perak juga terkoreksi ringan, sedangkan indeks saham AS ditutup beragam — investor menimbang pesan Powell yang cenderung “hawkish hold” dibandingkan pivot kebijakan.

Faktor Fundamental

Meskipun Fed menurunkan suku bunga untuk kedua kalinya tahun ini, Powell menegaskan bahwa perekonomian AS masih cukup tangguh. Data terbaru menunjukkan pasar tenaga kerja tetap ketat dan belanja konsumen solid, meskipun ada tanda-tanda pendinginan di sektor perumahan.

Namun, Powell juga mengakui risiko eksternal seperti ketidakpastian fiskal akibat potensi government shutdown dan perlambatan ekonomi global yang bisa menahan laju pertumbuhan di kuartal mendatang.

Outlook Kebijakan

Pasar uang kini memperkirakan peluang sekitar 65–70% untuk pemotongan suku bunga lanjutan pada rapat FOMC Desember, turun signifikan dibandingkan proyeksi sebelum pidato Powell. Ekspektasi ini mencerminkan pergeseran sentimen bahwa Fed belum siap menandai berakhirnya siklus pengetatan moneter secara penuh.

Investor global kini menunggu serangkaian data penting — termasuk laporan tenaga kerja AS pekan depan serta inflasi PCE — untuk menilai apakah bank sentral akan mempertahankan sikap waspada atau kembali melunak.

Dampak Lintas Aset

  • Nada hawkish Fed memperkuat posisi dolar sebagai aset defensif, sementara mata uang lain cenderung tertekan
  • Euro melemah akibat sinyal bahwa ECB akan lebih cepat memangkas suku bunga di tengah stagnasi pertumbuhan kawasan.
  • Yen Jepang kembali berada di bawah tekanan karena imbal hasil AS yang lebih tinggi memperlebar selisih suku bunga.
  • Di sisi komoditas, penguatan dolar menekan harga logam mulia, sementara minyak mentah  WTI relatif stabil di kisaran USD 60 per barel.

Implikasi Pasar Asia

Penguatan dolar berpotensi memberi tekanan tambahan pada mata uang emerging market, termasuk rupiah, yang sudah bergerak mendekati Rp 16.700 per USD. Yield obligasi pemerintah Indonesia berisiko naik, sementara investor asing cenderung lebih berhati-hati terhadap aset berdenominasi rupiah.

Nada hawkish Powell setelah pemotongan suku bunga mengejutkan pasar, menegaskan bahwa The Fed masih enggan memberikan sinyal pelonggaran lanjutan hingga inflasi benar-benar terkendali. Dolar pun kembali menjadi mata uang pilihan di tengah ketidakpastian global, menekan emas, euro, dan aset berisiko lainnya.

Ade Yunus, ST WPA
Global Market Strategies

Pegang kendali melalui
Smart Analysis Portal

Smart Analysis Portal kami menawarkan sistem yang mudah digunakan dengan berbagai fitur dan alat yang membantu pelanggan dengan berbagai gaya trading.