Harga emas dunia kembali menjadi sorotan setelah berhasil menembus level psikologis penting US$4.100 per troy ons, menandai tonggak sejarah baru di pasar logam mulia. Kenaikan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China, serta ekspektasi kuat bahwa Federal Reserve (The Fed) akan segera memangkas suku bunga acuannya.
Pada perdagangan Senin (13/10/2025), harga emas melonjak 2,31% ke posisi US$4.110,12 per troy ons, menjadi penutupan tertinggi sepanjang masa. Level ini juga menandai keberhasilan emas menembus batas psikologis US$4.000, yang selama ini menjadi titik tahan penting bagi para pelaku pasar.
Namun pada Selasa pagi (14/10/2025), harga emas sempat terkoreksi tipis 0,08% ke level US$4.106,87 per troy ons di pasar spot, menunjukkan adanya konsolidasi alami setelah reli tajam.
Reli Spektakuler Emas: Lonjakan 56% Sepanjang 2025
Sejak awal tahun, harga emas telah menguat sekitar 56%, didorong oleh kombinasi ketidakpastian geopolitik, kekhawatiran ekonomi global, serta ekspektasi pelonggaran moneter AS. Selain itu, pembelian besar-besaran oleh bank sentral dunia dan aliran dana ke ETF emas turut memperkuat momentum kenaikan.
Menurut analis pasar, dorongan fundamental ini membuat emas tetap memiliki ruang kenaikan lanjutan.
“Emas berpotensi melanjutkan tren penguatannya, bahkan bisa menembus level US$5.000 per troy ons pada akhir 2026,” ujar Phillip Streible, Kepala Strategi Pasar di Blue Line Futures.
Ia menambahkan, kombinasi antara pembelian bank sentral yang stabil, arus masuk ETF yang solid, ketegangan perdagangan AS–China, dan prospek suku bunga rendah The Fed menjadi pilar utama penguatan harga emas.
Ketegangan Global dan Sinyal Dovish The Fed
Dari sisi geopolitik, tensi antara Washington dan Beijing kembali meningkat setelah Presiden AS Donald Trump mengakhiri gencatan dagang yang sempat meredakan konflik dua kekuatan ekonomi terbesar dunia. Kondisi ini memicu permintaan terhadap aset aman (safe haven) seperti emas dan perak, yang sama-sama mencatat rekor baru.
Sementara itu, pelaku pasar kini memperkirakan peluang hampir 97% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Oktober, dan 100% peluang penurunan lagi pada Desember.
Dalam lingkungan suku bunga rendah, emas — yang tidak memberikan imbal hasil — menjadi lebih menarik bagi investor karena potensi apresiasi harganya meningkat.
Proyeksi Baru dari Analis Global
Optimisme terhadap emas juga tercermin dari proyeksi lembaga keuangan besar dunia.
- Bank of America (BoA) dan Societe Generale memperkirakan harga emas akan mencapai US$5.000 per troy ons pada 2026.
- Standard Chartered bahkan menaikkan proyeksi rata-rata harga emas tahun depan menjadi US$4.488 per troy ons.
Namun, beberapa analis mengingatkan perlunya kewaspadaan terhadap koreksi jangka pendek.
“Kenaikan harga yang terlalu cepat bisa memicu aksi ambil untung. Koreksi singkat justru sehat untuk menopang tren naik jangka panjang,” ungkap Suki Cooper, Kepala Riset Komoditas Global di Standard Chartered Bank.
Kesimpulan
Kenaikan emas hingga di atas US$4.100 mencerminkan perubahan besar dalam persepsi pasar terhadap risiko dan kebijakan moneter global.
Dengan kombinasi geopolitik yang memanas, suku bunga AS yang berpotensi turun, serta permintaan institusional yang kuat, prospek emas untuk tetap bersinar hingga 2026 terlihat semakin nyata.