
Harga minyak mentah acuan Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI), terus menunjukkan pergerakan fluktuatif pada pekan pertama September 2025. Setelah sempat mencapai level tertinggi bulanan, kini harga kembali terkoreksi di tengah kombinasi faktor geopolitik, dinamika pasokan, dan ekspektasi kebijakan produksi dari OPEC+.
Perkembangan Terbaru di Pasar Minyak
Pada Kamis, 4 September 2025, WTI melemah sekitar 0,7% ke kisaran $63,50 per barel. Sehari sebelumnya, harga sempat menguat hingga $65,43 per barel, dipicu oleh sanksi Amerika Serikat terhadap jaringan penyelundupan minyak Iran. Tindakan ini sempat menimbulkan kekhawatiran bahwa pasokan global akan terganggu, mendorong harga naik mendekati puncak bulanan.
Namun, dukungan harga tersebut tidak bertahan lama. Data terbaru menunjukkan persediaan minyak mentah AS meningkat 622 ribu barel, berlawanan dengan ekspektasi penurunan 2 juta barel. Kenaikan stok ini menimbulkan sentimen negatif, karena dianggap sebagai sinyal lemahnya permintaan domestik di tengah perlambatan aktivitas industri.
Faktor Utama yang Mempengaruhi Harga
- Rapat OPEC+ pada 7 September
Pertemuan produsen minyak utama yang akan digelar Minggu ini menjadi fokus utama pasar. Ada spekulasi bahwa OPEC+ akan menaikkan produksi sebagai respons terhadap stabilitas harga beberapa minggu terakhir. Jika benar terjadi, potensi oversupply bisa menekan harga WTI lebih jauh. - Persediaan Energi di Amerika Serikat
Walaupun stok minyak mentah meningkat, laporan menunjukkan penurunan signifikan pada stok bensin dan distilat hingga 3,4 juta barel. Hal ini menunjukkan adanya permintaan bahan bakar yang masih cukup kuat, terutama untuk sektor transportasi dan industri, yang sedikit menyeimbangkan sentimen bearish. - Geopolitik dan Sanksi AS
Sanksi Amerika terhadap Iran kembali menjadi faktor penting. Meskipun tidak langsung memangkas pasokan global secara drastis, langkah ini menambah risiko geopolitik yang biasanya mendukung harga minyak. Investor energi cenderung menambahkan premi risiko terhadap harga saat ketidakpastian meningkat. - Kondisi Makroekonomi Global
Perlambatan ekonomi global masih menjadi bayangan gelap bagi permintaan energi. Beberapa indikator dari Amerika dan Eropa menunjukkan pelemahan aktivitas manufaktur, sementara di Asia, terutama Tiongkok, pemulihan masih berjalan lambat. Faktor ini berpotensi membatasi ruang kenaikan harga minyak meski ada faktor geopolitik.
Proyeksi Harga Hingga Akhir Pekan
Menurut estimasi pasar, harga WTI hingga Jumat, 5 September 2025 berpeluang bergerak dalam rentang $63,5 – $70,2 per barel, dengan rata-rata di kisaran $66,9 per barel. Level ini menunjukkan adanya keseimbangan rapuh antara tekanan dari sisi pasokan (OPEC+ dan stok AS) serta dukungan dari sisi geopolitik (sanksi Iran).
Secara teknikal, area $63,00–$63,50 tampak menjadi level support penting jangka pendek, sementara resistance terdekat berada di $67,50–$70,00. Jika harga mampu menembus di atas $70, peluang penguatan lebih lanjut terbuka. Namun, kegagalan bertahan di atas $63 bisa memicu pelemahan ke area psikologis $60.

Grafik : WTI
Secara Teknikal Oil berhasil tembus di bawah level trendline kenaikan harian nya yang mengindikasikan potensi penurunan mendekati level Support harian terdekatnya dengan penurunan lanjutan nampaknya mendekati level level Support harian yakni 62.95 dan 61.44
Outlook Jangka Menengah
Mengacu pada proyeksi Energy Information Administration (EIA), harga WTI diperkirakan akan cenderung melemah dalam beberapa kuartal mendatang. Estimasi menunjukkan bahwa WTI berpotensi berada di sekitar $60 per barel pada September 2025, lalu menurun di bawah $50 per barel pada awal 2026, sebelum akhirnya berangsur pulih di akhir 2026.
Proyeksi ini didasarkan pada ekspektasi kelebihan pasokan global akibat produksi yang meningkat dari OPEC+, AS, dan beberapa produsen independen, sementara permintaan energi melambat seiring transisi ke energi terbarukan dan efisiensi energi di berbagai negara.
Ade Yunus
Global Market Strategies