DETAIL

Apakah Harga Emas Akan Segera Terkoreksi?

Selama hampir dua tahun terakhir, emas telah mencatatkan reli luar biasa yang membuat banyak investor terkejut. Sejak awal Januari 2024, harga emas berada di sekitar $2.063 per troy ounce. Namun, hingga 27 Agustus 2025, harga sudah melonjak menjadi $3.395 per troy ounce — naik lebih dari 64% hanya dalam 20 bulan. Lonjakan ini mencerminkan kondisi global yang penuh ketidakpastian, mulai dari inflasi tinggi, ketegangan geopolitik, hingga kebijakan moneter yang berubah-ubah.

Bagi investor, reli ini menghadirkan dilema. Di satu sisi, emas terbukti menjadi aset lindung nilai (safe haven) yang melindungi dari risiko inflasi dan volatilitas pasar saham. Namun di sisi lain, harga yang sudah sangat tinggi membuat banyak calon investor ragu masuk karena khawatir membeli di puncak.

Pertanyaannya, apakah harga emas berpotensi terkoreksi dalam waktu dekat sehingga memberi peluang untuk masuk di harga lebih murah? Atau bahkan memberikan peluang untuk melakukan aksi sell saat ini? Meski sulit diprediksi secara presisi, ada beberapa faktor yang dapat mendorong pelemahan harga emas dalam jangka pendek.


1. Inflasi yang Mulai Mendingin

Emas kerap dianggap sebagai “cermin” inflasi. Saat inflasi tinggi, investor mencari perlindungan pada emas, sehingga harga naik. Sebaliknya, ketika inflasi menurun, permintaan emas cenderung melemah.

Saat ini, inflasi AS berada di kisaran 2,7%, jauh lebih rendah dibandingkan tiga tahun lalu yang mencapai level tertinggi dalam beberapa dekade. Angka ini sudah cukup dekat dengan target 2% Federal Reserve. Jika tren penurunan berlanjut, The Fed berpeluang memangkas suku bunga lebih jauh. Namun ironisnya, inflasi yang lebih rendah justru bisa menekan harga emas, karena kebutuhan lindung nilai terhadap daya beli dolar berkurang.

CPI yang lebih rendah memberikan indikasi nyata terhadap potensi kebijakan suku bunga yang lebih longgar.


2. Geopolitik yang Lebih Tenang

Lonjakan harga emas dalam beberapa tahun terakhir juga dipicu oleh meningkatnya ketegangan geopolitik — mulai dari konflik di Eropa Timur, instabilitas di Timur Tengah, hingga rivalitas dagang AS–China. Kondisi tersebut menjadikan emas sebagai aset pelarian (flight to safety).

Namun, jika ada kemajuan diplomasi atau tercapai kesepakatan damai di sejumlah wilayah konflik, ketegangan bisa mereda. Bila ini terjadi, emas bisa kehilangan sebagian daya tariknya sebagai pelindung risiko. Secara historis, setiap kali ketegangan global mereda — bahkan sementara — harga emas cenderung terkoreksi cukup tajam.


3. Menurunnya Permintaan Investor

Reli harga emas dalam dua tahun terakhir juga didorong oleh lonjakan permintaan dari investor institusional maupun ritel. Banyak manajer dana global menambah porsi emas sebagai diversifikasi portofolio.

Namun, jika inflasi lebih terkendali dan pasar saham kembali pulih, kebutuhan akan aset safe haven bisa menurun. Kondisi ini akan menekan permintaan emas, yang pada akhirnya dapat memicu koreksi harga. Sejarah menunjukkan bahwa koreksi emas tidak selalu dramatis, tetapi cukup signifikan untuk menciptakan entry point menarik bagi investor jangka panjang.


Tinjauan Teknis

Secara teknikal, emas gagal mencetak harga tertinggi baru di atas 3.390 dan 3.409, yang merupakan area minor bullish sebagai sinyal awal kenaikan terbatas menuju 3.437 dan 3.447.

Dengan harga emas saat ini yang berada di level historis tinggi, tanda-tanda koreksi mulai terlihat. Faktor seperti inflasi yang lebih terkendali, meredanya ketegangan geopolitik, hingga menurunnya permintaan investor, bisa menjadi pemicu pelemahan harga emas dalam waktu dekat.


Disclaimer ON

— Ade Yunus

Pegang kendali melalui
Smart Analysis Portal

Smart Analysis Portal kami menawarkan sistem yang mudah digunakan dengan berbagai fitur dan alat yang membantu pelanggan dengan berbagai gaya trading.